Melangkah untuk mewujudkan kedaulatan pangan di Natuna

id Kedaulatan negara,Perbatasan,Petani,Padi,Sawah,Swasembada pangan,Natuna,Kepri,Bupati,Cen Sui Lan,DKPP

Melangkah untuk mewujudkan kedaulatan pangan di Natuna

Petani di Desa Batubi Jaya saat memanen padi di sawah yang terletak di Kecamatan Bunguran Batubi, Kabupaten Natuna pada Jumat (9/5/2025). ANTARA/Muhamad Nurman

Natuna (ANTARA) - Udara pagi di Desa Batubi Jaya, Kabupaten Natuna, Jumat (9/5), masih menyimpan embun tipis yang menggantung di ujung-ujung daun muda. Angin sepoi yang sejuk menggoyangkan batang-batang padi yang menguning sebagai pertanda sebentar lagi perjuangan panjang petani akan berakhir manis dengan panen yang ditunggu sejak benih pertama ditabur pada awal tahun.

Di antara hamparan sawah yang dulunya hanya dianggap sebagai lahan marginal, tak berguna, bahkan tak layak tanam, kini berdiri tegak harapan-harapan kecil bagi para petani yang pagi itu memotong batang-batang padi dengan arit tua yang setia menjadi sahabat dalam menjemput rezeki.

Petani tahu bahwa dari setiap batang padi yang mereka masukkan ke dalam karung, ada secercah harapan masa depan, tentang keberlanjutan hidup untuk mengisi perut keluarga mereka.

Di tengah kekhusukan para petani memotong padi, tak ada sorotan kamera, tak ada panggung, tak ada sambutan meriah, tiba-tiba sebuah mobil dinas melintasi jalan di sisi sawah. Pandangan heran terlihat dari para petani, karena tak biasa melihat kehadiran pejabat mendekat sampai ke titik terjauh tempat mereka bekerja.

Mobil pun berhenti.dan Cen Sui Lan, Bupati Natuna, turun menyapa para petani dengan sikap hormat yang dalam. Mata bupati terlihat berkaca-kaca, terharu penuh bangga menatap hasil kerja petani yang tak pernah lelah.

Tak ada akting potong padi untuk difoto dan disebar ke media sosial karena kehadirannya bukan untuk pencitraan, tapi untuk menyampaikan bahwa pemerintah hadir.

Rasa bangga itu kental terasa di wajah Cen, ia melihat langsung benih dan pupuk bantuan dari pusat dan provinsi tidak berakhir sia-sia, karena sebagian telah dipanen dan berubah menjadi gabah seberat 5 ton, serta di bedeng lainnya masih terlihat padi hijau serta ada yang sedikit menguning yang diperkirakan beberapa pekan lagi akan dipanen.

Panen ini bukan sekadar hasil pertanian, melainkan bukti nyata bahwa kolaborasi antara petani dan pemerintah bisa melahirkan kedaulatan pangan bahkan dari tanah yang selama ini dianggap terlalu sulit untuk ditanami.

Halaman berikut: Bagaimana Bupati Natuna mendengarkan aspirasi para petani

Ketika hari menjelang siang dan panas mulai terasa, Cen Sui Lan bersama petani dan rombongan melangkah ke sebuah pondok kecil di tengah sawah, tempat yang jauh dari kata mewah, tidak berdinding dan hanya beratap usang.

Di sanalah digelar sebuah diskusi sederhana tapi penting, sebuah ruang rembuk yang sesungguhnya, ketika suara petani yang biasanya tenggelam bisa mengemuka.Para petani pun mengungkapkan semua keluh kesah, tentang mahalnya pupuk, tentang air yang terlalu asam, tentang serangan hama yang tak kenal musim, dan tentang ketakutan gagal panen yang terus menghantui.

Di sana pula sang bupati tidak hanya mencatat, tapi memerintahkan langsung Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) untuk merasionalisasi ulang anggaran 2025 agar lebih fokus dan berpihak pada kebutuhan nyata petani, seperti pengadaan pupuk NPK untuk menyuburkan, dan dolomit untuk menetralkan keasaman tanah, serta pestisida agar hama tidak lagi mengancam hasil panen mereka.

Semua itu bukan sekadar janji, karena nyatanya langkah-langkah tersebut telah diambil jauh sebelumnya, dengan DKPP yang secara aktif menyelaraskan program pusat dengan kebutuhan di lapangan, mengalokasikan APBD untuk kebutuhan mendesak pertanian, serta memastikan agar tidak ada satu musim tanam pun yang gagal karena abai.

"Kami sudah mengalokasikan APBD untuk pengadaan pupuk, dolomit dan pestisida," ucap Kepala DKPP Natuna Wan Sazali.

Di tanah kepulauan yang keras, yang minim dataran luas dan penuh tantangan geografis, usaha untuk mewujudkan ketahanan pangan memang tidak mudah. Namun semangat para petani yang pantang menyerah dan keberpihakan nyata dari pemimpin daerah telah membuktikan satu hal, bahwa ketahanan pangan bukan sekadar teori dan wacana, melainkan sebuah perjuangan kolektif yang bisa benar-benar diwujudkan jika ada yang bekerja dengan tekad dan ada yang memimpin dengan hati.

Jika dilihat dari luas tanam dan hasil produksi padi saat ini, jumlahnya belum bisa mencukupi kebutuhan semua penduduk Natuna yang tidak kurang dari 80 ribu jiwa.

Namun hal ini telah membuktikan, apabila negara dalam kondisi terjepit. misalnya saat perang melanda, wilayah perbatasan bisa mandiri dalam kebutuhan pangan, karena distribusi akan sulit dilakukan, terlebih Natuna wilayah kepulauan yang sulit dijangkau, karena laut sering meradang dan udara minim akses.

Dengan total lahan baku sawah di Natuna seluas 414 hektare dan telah ditetapkan seluas 342,63 hektare sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan melalui Peraturan Bupati Nomor 61 Tahun 2024 agar tidak mudah dialihfungsikan, petani kini memiliki harapan yang lebih pasti.

Dari lahan yang kini aktif ditanami seluas 30,4 hektare di tiga kecamatan, terlihat bahwa program ini berjalan dengan dampak yang nyata, tinggal ditambah dukungan ekstra dari berbagai sektor.

Harapan akan ketahanan pangan itu terus terjaga karena bantuan terus mengalir, mulai dari benih, pupuk, pelatihan, hingga edukasi teknis dari penyuluh dan POPT yang hadir mendampingi. Bahkan, kini Pemkab Natuna tengah menyusun proposal yang ditujukan kepada Kementerian Pertanian agar di 2026 petani bisa mendapatkan bantuan alat dan mesin pertanian untuk meningkatkan produktivitas.

Kini di tengah semua keterbatasan, para petani tetap menanam, tetap berharap, tetap berdoa agar setiap bulir yang tumbuh bukan hanya untuk mereka sendiri, tapi untuk membantu ketahanan pangan negara.



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Melangkah untuk mewujudkan kedaulatan pangan di perbatasan

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE