Batam (ANTARA) - Unit Pengelola Darah Palang Merah Indonesia (UPD PMI) Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri) menyatakan donasi darah yang dilakukan secara rutin menjaga ketersediaan darah untuk menutup kebutuhan 3.000 kantor darah per bulan di kota itu.
Kepala UPD PMI Batam Novia mengatakan jumlah donasi darah di Batam per bulan berkisar antara 2.500 hingga 2.800 kantong.
“Secara umum kebutuhan darah di Batam sekitar 3.000 kantong per bulan dan selama ini dapat kami penuhi. Seluruh rumah sakit tetap terlayani. Kalau ada kekurangan di hari tertentu atau pada komponen darah tertentu, kami langsung bergerak mencari tambahan,” ujar Novia di Batam, Ahad.
Ia mengatakan bahwa jumlah donasi darah fluktuatif dan biasanya mengalami penurunan pada periode tertentu, seperti bulan puasa, Lebaran, Natal, serta tahun baru.
“Hampir setiap hari kami melaksanakan kegiatan donor darah. Bisa dilakukan di dalam kantor dan bisa juga di luar, biasanya dengan kegiatan paguyuban, instansi pemerintah, dan lainnya,” katanya.
Selain itu, terdapat juga pendonor rutin yang secara berkala datang untuk mendonorkan darahnya.
“Untuk satu kantong darah masa simpannya 35 hari, tapi biasanya tidak sampai seminggu sudah terpakai,” kata Novia.
Hari ini kegiatan donor darah dilaksanakan di salah satu universitas di Batam, dengan jumlah pendonor yang hadir berkisar antara 100 hingga 200 orang.
Sekretaris Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Batam Delvina Piyododa, selaku pelaksana kegiatan donor darah tersebut menyampaikan pihaknya secara rutin menggelar kegiatan donor darah sebanyak empat kali dalam setahun atau setiap tiga bulan sekali.
“Kegiatan ini murni untuk membantu. Kebutuhan darah di Batam cukup besar, sekitar 3.000 kantong per bulan, dan setiap rumah sakit pasti bergantung ke PMI. Kami juga memberikan sembako sebagai bentuk apresiasi kepada para pendonor,” ujarnya.
Sementara itu, Seksi Pencari dan Pelestari Donor Darah Sukarela UPD PMI Batam Uning menyebutkan bahwa salah satu tantangan dalam pemenuhan stok darah adalah darah dengan rhesus negatif. Hal ini karena mayoritas masyarakat Asia memiliki rhesus positif.
“Kalau rhesus negatif memang agak sulit. Biasanya kami menghubungi pendonor yang sudah terdata di sistem dan juga melalui grup khusus rhesus negatif. Sebisa mungkin kami penuhi dari pendonor sukarela di Batam,” katanya.
Ia menilai kepedulian masyarakat Batam terhadap donor darah terus meningkat setiap tahun, baik dari paguyuban maupun instansi pemerintah.

Komentar