Batam (ANTARANews Kepri) - Bank Indonesia (BI) mencatat angka kredit bermasalah (non performing loan/NPL) di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) relatif menurun pada triwulan III-2018 dibandingkan triwulan sebelumnya, meskipun pertumbuhan ekonomi pada periode itu menunjukkan perlambatan.
"Rasio NPL berdasarkan lokasi proyek pada triwulan III-2018 tercatat 3,38 persen (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya 4,58 persen (yoy)," kata Kepala Kantor Perwakilan BI Wilayah Kepri, Gusti Raizal Eka Putra di Batam, Kepri, Jumat.
Menurut dia, tingkat kredit bermasalah di Kepri terus mengalami perbaikan sejak awal tahun, dan tetap berada di bawah ambang batas yang ditetapkan BI.
Angka NPL pada sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pada triwulan III-2018 juga membaik sebesar 3,47 persen (yoy) dibandingkan tirwulan sebelumnya 4,45 persen (yoy).
Di sisi lain, penyaluran kredit UMKM pada triwulan III-2018 tercatat mengalami perlambatan sebesar 4,88 persen (yoy), melanjutkan tren perlambatan pada triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,37 persen (yoy).
Secara umum, BI menilai stabilitas keuangan Kepri terjaga, tercermin dari indikator perbankan yang tumbuh menguat dibandingkan triwulan sebelumnya.
"Total penyaluran kredit dan dana pihak ketiga (DPK) perbankan pada triwulan III-2018 tumbuh masing-masing 8,74 persen (yoy) dan 8,13 persen (yoy), menguat dibandingkan pertumbunan triwulan lalu yang masing-masing 5,15 persen (yoy) dan 4,65 persen (yoy)," katanya.
Sementara pertumbuhan total aset perbankan tumbuh melambat 3,50 persen (yoy) dibandingkan dengan triwulan II-2018 yang tumbuh 2,42 persen (yoy)
Begitu pula stabilitas keuangan daerah, BI menilai relatif terjaga walaupun perumbuhan ekonomi melambat.
Tingkat intermediasi perbankan Kepri yang tercermin dari "loan to deposit ratio" (LDR) mengalami peningkatan dari 95,57 persen (yoy) pada triwulan II-2018 menjadi 96,29 persen (yoy).
Sementara itu, aktivitas transaksi pembayaran tunai pada triwulan ini kembali normal, seiring dengan berlalunya perayaan hari besar keagamaan nasioal, Ramadhan dan Lebaran pada triwulan II-2018. Sedangkan transaksi pembayaran nontunai mengalami perlambatan pada triwulan ini.
"Net outflow uang kartal sebesar Rp1,8 triliun tumbuh signifikan yaitu 194,07 persen (yoy) dibanding dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang terkontraksi 20,12 persen (yoy)," kata Gusti.
Sementara transaksi nontunai yang tercermin dari transaksi SKNBI (kliring) pada triwulan III-2018 tercatat melambat, di mana nominal transaksi dan jumlah warkat terkontraksi masing-masing 6,27 persen (yoy) dan 7,31 persen (yoy) melambat dibandingkan triwulan II-2018 yang juga mengalami kontraksi 2,24 persen (yoy) dan 1,82 persen (yoy).
Komentar