Bobby Jayanto Sang Harimau Kepulauan Riau Masih Mengaum

id bobby, jayanto, harimau

Bobby Jayanto Sang Harimau Kepulauan Riau Masih Mengaum

Bobby Jayanto. (kepri.antaranews.com/Henky Mohari)

"Harimau mati meninggalkan belang", biasanya ungkapan itu ditujukan kepada seseorang atau tokoh yang telah dipanggil Sang Pencipta karena meninggalkan kenangan baik maupun keteladanan semasa hayat dikandung badan.

Namun beda halnya dengan budayawan dan penulis, Arswendo Atmowiloto.

Ia memakai peribahasa itu untuk mengapresiasi buku kisah hidup sahabatnya, mantan sesama penghuni Lembaga Pemasyarakatan Salemba pada tahun 1992, Bobby Jayanto, pengusaha, politis dan mantan narapidana.

"Bobby Jayanto membuktikan aumannya yang kental dengan nada nasionalisme dan bukan sekadar auman harimau sumatra, harimau china atau harimau yang pernah terpenjara. Inilah makna yang lebih dari ungkapan 'harimau mati meninggalkan belang' karena Bobby masih gagah melangkah, masih mengaum dan masih bisa terus mengaum," kata Arswendo mengomentari  perjalanan hidup Bobby dalam buku biografi "The Tiger From Archipelago" yang diluncurkan di Tanjungpinang, Kepulauan Riau, Sabtu (12/3).

Arswendo menyebutkan, selama berteman dengan Bobby di dalam sel Blok A LP Salemba, jiwa kepemimpinan dan visi misi  seorang Bobby Jayanto yang dilahirkan pada 1953 dengan nama Jauw Bu Hui jelas terlihat, antara lain dengan menjadi "ketua geng" di Blok A LP Salemba selama sembilan bulan akibat terjerat kasus uang dolar Amerika palsu.

"Bobby juga pernah menghuni sel tahanan isolasi akibat berkelahi karena membela agar orang lain tidak masuk Blok A," kata Arswendo.

Cerita di LP Salemba hanyalah sekelumit perjalanan hidup dari seorang putra asli Tanjungpinang, ibu kota Provinsi Kepulauan Riau yang terlahir dari warga keturunan Tionghoa.

Bobby merupakan anak pertama yang lahir dari keluarga kurang mampu dan memiliki sembilan orang adik. Bapaknya Jauw Khie Tjhin atau yang lebih dikenal dengan Pak Likun pemilik kedai kopi kecil yang tidak mampu menghidupi keluarga besarnya.

Bobby kecil disekolahkan Pak Likun di SD Katolik dengan pertimbangan bisa sekolah gratis dan dekat dari tempat tinggal.

Di sekolah itulah bakat Bobby sebagai seorang "The Little Tiger" mulai tampak, karena jago berkelahi dan tidak jarang mendapat uang jajan dari teman-teman sekolahnya yang merasa terbantu dengan keahlian Bobby yang tidak mendapat uang jajan dari orang tuanya.

"Untuk membantu ekonomi keluarga, saya juga berjualan kue dan menjual 'tikam-tikam' (undian berhadiah) semasa sekolah," kenang Bobby Jayanto akan masa kecilnya.
   
Pimpin gangster

Sebelum menjadi pengusaha sukses dan Ketua DPRD Kota Tanjungpinang, periode 2004-2009, Bobby kecil sudah menjadi ketua geng dilingkungan tempat tinggalnya yang mayoritas beretnis Tionghoa, tak jarang perkelahian antaranak-anak muda Tionghoa dengan anak-anak tempatan (Melayu) dan suku bangsa lainnya dipimpin Bobby yang berbadan kecil namun kekar.

Bahkan, pada saat mengadu nasib di Singapura pada tahun 70-an, Bobby juga menjadi ketua gangster 24 Loh Kuan yang dikenal pemerintah Negeri Singa itu dengan sebutan "Secret Society" di Aljunied Road yang menjadi pusat bisnis pada saat itu.

Perkelahian memperebutkan lahan bisnis maupun daerah kekuasaan sudah menjadi menu utama gangster di Singapura pada waktu itu, bahkan Bobby bersama gengnya mengusai beberapa bioskop, rumah-rumah susun dan tempat hiburan lain.

"Saya mengadu nasib ke Singapura karena himpitan ekonomi, padahal waktu itu umur saya baru belasan tahun," kata Bobby.

Menurut dia, perjalanan ke Pasir Panjang, Singapura dari Tanjungpinang waktu itu ditempuh selama 20 jam dengan menggunakan perahu kecil yang hanya muat untuk tiga orang.

"Kami masuk secara ilegal dengan bekal nekat, roti satu kaleng dan 20 liter air minuman, sesekali kami berhenti mengayuh sampan dengan mengembangkan layar ketika ada angin," kenangnya.

Perjalanan ke Singapura menurut dia tidak mudah, karena harus menghindari beberapa pos penjagaan pihak keamanan Singapura.

Bahkan menurut dia, sebelum menetap selama empat tahun di Singapura, dirinya dua kali ikut membantu menyelundupkan hasil pertanian dari Tanjungpinang, bahkan senjata untuk tentara Indonesia yang masuk ke Singapura pada saat konfrontasi.

"Saat menyeludupkan senjata saya dapat upah 10 dolar Singapura dan ditambah lagi 10 dolar saat membantu bongkar pasang senjata untuk dibersihkan," ujarnya.

Diawali dengan bekerja di kedai kopi di Negeri Singa, akhirnya Bobby bisa berkenalan dengan mafia-mafia Singapura dan dipercaya memimpin kelompok.

Bobby terkenal dengan sebutan "In Ni Kia" yang artinya orang Indonesia karena memegang teguh adat dan budaya Indonesia di rantau orang.

Dalam buku biografinya yang ditulis wartawan, Trisno Aji Putra, Abdul Haris dan Robby Patria, Bobby menceritakan kerasnya hidup sebagai anggota gangster di Singapura. Tidak jarang mereka terkibat pertempuran terbuka dengan senjata parang dan kayu bak dalam film-film gengster Hongkong.

Bobby akhirnya dideportasi secara ilegal juga ke Tanjungpinang dengan bantuan pihak KBRI setelah tertangkap polisi Singapura dan ditahan tanpa pengadilan.

Namun, hidup di dunia hitam yang dilakoni Bobby tidak hanya sampai di Singapura. Setelah kembali ke Tanjungpinang, Bobby memilih keliling dunia menjadi pelaut menaiki kapal-kapal dagang yang akhirnya berakhir di Jerman.

Setelah dari Jerman, Bobby memilih ke Belanda karena banyak teman anggota gengnya di Singapura yang lari ke negara yang menjajah Indonesia selama 350 tahun itu, setelah diburu polisi.

Di Belanda, Bobby bersama teman-temannya kembali membangun bisnis dunia hitam dengan menawarkan jasa pengamanan dan membuka rumah judi.

Petualangannya berakhir setelah enam tahun karena persaingan antargengster terutama yang berasal dari Hongkong. Ia kembali ke Tanjungpinang

Pengusaha

Modal yang diraih selama merantau membuat Bobby berpikir untuk membuka usaha. Perniagaan pertama yang dirintisnya adalah pembuatan pabrik kasur.

"Pada awal 80-an baru pertama ada pabrik kasur di Tanjungpinang bahkan Kepri, yang waktu itu masuk Kabupaten Kepulauan Riau," ujar Bobby.

Bahkan seiring perkembangan bisnisnya, Bobby dipercaya mengembangkan Wisma Kartika pada awal 90-an oleh Komandan Distrik Militer Tanjungpinang, Letkol Wahyu Hamijaya.

Bisnis Bobby bukan hanya sampai disitu, bahkan bisnis perjudian juga dikembangkan Bobby di Tanjungpinang setelah berguru dengan bos judi dari Jakarta saat menghuni LP Salemba selama sepuluh bulan.

"Saya memilih usaha judi karena memang tidak ada pilihan lain. Mau tak mau, saya keluar dari penjara harus memiliki usaha. Dan judi memang pilihan yang sulit," ujar Bobby dalam biografinya.

Judi yang dikelola Bobby akhirnya tutup pada 2002 akibat persaingan usaha yang tidak sehat, serta banyaknya pengeluaran untuk jasa keamanan untuk berbagai oknum.

Bahkan menurut dia jika usaha judi diteruskan akan banyak jatuh korban, apalagi dirinya pernah dilempar orang tak dikenal dengan granat yang hampir merenggut nyawanya.

Kasus hukum yang menimpa Bobby bukan hanya pemalsuan dolar Amerika saat berbisnis, namun juga tertimpa kasus pembunuhan, bahkan tersangkut kasus ijazah palsu saat menjabat sebagai Ketua DPRD Tanjungpinang periode 2004-2009.

Ingin mengabdi

Setelah keluar dari dunia hitam, Bobby Jayanto ingin mengabdi untuk Tanjungpinang. Dia memulainya dengan masuk organisasi Pemuda Pancasila, bahkan mulai ke jalur politik dengan bergabung dengan Partai Patriot yang mengantarkannya menjadi Ketua DPRD Tanjungpinang.

Bukan hanya itu, Bobby juga dipercaya memimpin organisasi Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) yang merupakan lompatan besar dalam kehidupan Bobby untuk pertama sekalinya memimpin ormas pada 1998.

Setelah keluar dari dunia politik pada 2009, Bobby masih dipercaya memimpin Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Tanjungpinang hingga 2014.

"Saya ingin mengabdi untuk yang terbaik bagi Tanjungpinang, apa yang saya alami dari kecil hingga sekarang saya harapkan orang lebih mengenal saya dan bisa mengambil hikmah serta memotivasi anak-anak muda Tanjungpinang," katanya.

Nasionalisme diangkat Bobby lewat puisi "Jangan Panggil Aku Cina" yang menyatakan kecintaannya kepada Indonesia.

Bahkan dalam puisinya yang lain, "Hanya Satu Kata", Bobby mengajak warga keturunan Tionghoa untuk tidak merasa rendah diri, melainkan bangkit bersama membangun Indonesia.

Ia "mengaum" bahwa etnis Tionghoa dari dulu berjuang dengan tulus di saat ibu pertiwi bersedih.

"Wahai Indonesia, lihatlah wajah kami Tionghoa polos tekun dan ulet. Di tubuh kami mengalir darah Indonesia sejati. Kita semua adalah pemilik negeri ini, Indonesia. Jangan ada lagi perbedaan, tidak ada lagi minoritas. Kita punya hak yang sama," kata Bobby dalam puisinya yang dibaca saat meluncurkan buku "The Tiger From Archipelago".

Suksesi

Bahkan langkah "harimau dari kepulauan" itu tidak hanya berhenti sampai di sana. Sekarang aumannya masih didengar oleh kawan maupun lawan politik dan bisnisnya.

Koalisi partai-partai kecil dengan sebutan Koalisi Pelangi yang baru mendeklarasikan diri akan mencalonkan Bobby menjadi Wali Kota Tanjungpinang 2012-2017.

Bobby pada waktu mengantar peluncuran biografinya menyatakan tidak ada kaitan antara pentas yang menghadirkan sahabatnya, Arwendo Atmowiloto dan artis Happy Salma, dengan jadwal suksesi pejabat pemerintahan Kota Tanjungpinang.

Akan tetapi, selain oleh Koalisi Pelangi, figur Bobby berkemungkinan dimajukan partai-partai lain ke bursa pemilihan umum wali kota dan wakil wali kota pada tahun mendatang, sebab punya kans besar untuk terpilih setelah pada pemilu legislatif pada 2004 ia bukan hanya berhasil menjadi anggota DPRD melainkan juga meraih tampuk ketua dewan.

Bobby Jayanto pengukir sejarah. Setidaknya di Museum Rekor Indonesia (Muri) ia dicatat sebagai warga Tionghoa pertama yang menjadi ketua DPRD di Indonesia yaitu di Kota Tanjungpinang sekalgus sebagai pemeroleh suara terbanyak di antara 25 anggota yang terpilih dalam Pemilu 2004.

Sebagai politisi ia pun telah membuktikan ketangguhannya. Ketika menjadi Ketua DPRD Kota Tanjungpinang 2004-2009, kendati diguncang kasus hukum yang membuatnya sempat mendekam dipenjara,  tetap menjadi ketua dewan hingga masa kerja periode itu rampung.

(ANT-HM/Btm1)

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE