Tanjungpinang (ANTARA) - Rektor Universitas Maritim Raja Ali Haji Kota Tanjungpinang, Agung Dhamar Syakti menyatakan Kepulauan Riau sampai sekarang belum menggarap bioteknologi, padahal potensial menjadi sumber pendapatan baru bagi pengusaha dan pemerintah.
"Industri bioteknologi belum digarap. Ini terbuka, dan potensial dikelola. Tentu diawali dengan riset oleh para ahli, dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar," kata Agung, di Tanjungpinang, Selasa.
Bioteknologi merupakan teknik penggunaan biota laut atau bagian dari biota laut (seperti sel atau enzim) untuk membuat atau memodifikasi produk, memperbaiki kualitas genetik atau fenotip tumbuhan dan hewan, dan mengembangkan (merekayasa) organisme untuk keperluan tertentu, termasuk perbaikan lingkungan.
Contohnya, pengelolaan tepung ikan, yang memiliki zat baik untuk perkembangan otak anak. Bakteri yang ditemukan dari bioteknologi kelautan juga mampu mengurai limbah minyak untuk mencegah pencemaran laut.
"Di sekitar kita, di bibir laut, banyak dijumpai pohon bakau. Ini juga bermanfaat dalam kajian industri bioteknologi, yang dapat berkembang," ujarnya.
Para peneliti di Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang juga mengambil peran penting dalam berbagai riset bioteknologi, meski ditemukan berbagai kendala sehingga hasilnya belum maksimal.
"Kami ingin kampus ini menjadi bagian terpenting dalam riset yang mampu mengelola sumber daya kelautan untuk kepentingan publik dan pemerintah," tuturnya.
Selain bioteknologi kelautan, potensi kemaritiman yang belum digarap maksimal yakni perikanan tangkap dan budi daya ikan. Hasil tangkapan ikan di wilayah Indonesia I yakni Kepri baru mencapai 400-500 ribu ton dari 1,1 juta ton potensi ikan.
Artinya, masih ada sekitar 600-700 ribu ton ikan yang masih berpeluang ditangkap, dan dijual. Untuk membangun industri perikanan tersebut dibutuhkan investasi dan pengadaan kapal ikan berskala besar.
Terkait kerambah ikan, menurut dia Kepri memiliki sekitar 400 ribu hektare lahan. Saat ini, baru digarap 60 ribu hektare.
"Masih banyak tempat untuk budi daya ikan, udang, kepiting dan lainnya. Untuk meningkatkan pendapatan di sektor ini dibutuhkan investasi, regulasi dan teknologi," katanya.
Berita Terkait
BP Batam sebut rumah contoh di Rempang Eco City sudah dialiri listrik dan air
Jumat, 19 April 2024 18:27 Wib
DPRD Kota Batam imbau perusahaan di Batam prioritaskan pencari kerja lokal
Jumat, 19 April 2024 16:11 Wib
BPBD Natuna padamkan kebakaran lahan di Kecamatan Bunguran Selatan
Jumat, 19 April 2024 16:00 Wib
Penumpang Bandara Tanjungpinang selama libur lebaran naik 25 persen
Jumat, 19 April 2024 15:35 Wib
Natuna Juara I Lomba Teknologi Tepat Guna tingkat Kepri
Jumat, 19 April 2024 15:28 Wib
Bapenda Batam sebut pendapatan dari jasa hotel pada April capai Rp10,9 miliar
Jumat, 19 April 2024 14:46 Wib
Natuna-Kepri berstatus siaga darurat bencana kekeringan
Jumat, 19 April 2024 13:49 Wib
BP Batam dukung realisasi pembangunan gerai premium
Jumat, 19 April 2024 12:04 Wib
Komentar