UU Cipta Kerja ujung tombak untuk keluar dari jebakan negara menengah

id middle income trap,jebakan negara berpendapatan menengah,uu cipta kerja,pertumbuhan ekonomi,penghasilan per kapita

UU Cipta Kerja ujung tombak untuk keluar dari jebakan negara menengah

Ilustrasi - Sejumlah alat berat beroperasi di areal proyek pembangunan Terminal Gili Mas, di Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat, NTB. (ANTARA/Awaludin)

Jakarta (ANTARA) - Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Zamroni Salim menyatakan, Omnibus Law atau UU Cipta Kerja merupakan ujung tombak yang perlu dioptimalkan agar Indonesia dapat keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah.

"Secara teori, UU Cipta Kerja harus selalu dipromosikan sebagai ujung tombak agar dapat keluar dari middle income trap (jebakan negara berpendapatan menengah)," kata Zamroni Salim dalam webinar tentang investasi dan perdagangan di Jakarta, Selasa.

Zamroni berpendapat, pentingnya UU Cipta Kerja karena dapat memangkas beragam perizinan yang terdapat di berbagai peraturan perundang-undangan sehingga akan memajukan aktivitas perekonomian nasional.

Apalagi, pada saat ini berbagai daerah termasuk kawasan khusus perdagangan dinilai masih banyak yang prosesnya jalan di tempat sehingga ada berbagai PR yang harus dikerjakan.

Ia mencontohkan, dalam sektor pangan seperti hortikultura harus ada integrasi tanggung jawab untuk mendorong industri lokal yang mampu mengolah produk pangan/hortikultura menjadi produk penciptaan nilai tambah.

Pembicara lainnya, Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal BKPM Yuliot menyatakan, agar tidak terjebak ke dalam negara berpendapatan menengah, maka perlu untuk meningkatkan GDP pada 2020 sebesar 4546 dolar AS/kapita menjadi 12.233 dolar AS/kapita pada 2035 dan 23.199 dolar AS/kapita pada 2045.

Selain itu, ujar Yuliot, untuk Produk Domestik Bruto (PDB) riil dalam jangka waktu 2015 hingga 2045 perlu pertumbuhan rata-rata 5,7 persen per tahun.

Ia berpendapat bahwa Kawasan Timur Indonesia adalah kawasan harapan karena banyaknya sumber daya alam dan sumber daya energi yang tersedia sehingga penting pula untuk mengoptimalkan hal tersebut sebagai bentuk kontribusi nyata bagi perekonomian nasional.

Di tempat terpisah, Peneliti Bioteknologi LIPI Syahrudin Said mengingatkan bahwa jumlah penduduk Indonesia sekitar 271 juta jiwa pada 2020, maka isu yang penting adalah penyediaan pangan dan kesehatan, terlebih akses atas pangan adalah termasuk HAM.

Sebelumnya, Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang PS Brodjonegoro mengatakan pengembangan budaya inovasi menjadi kunci negara menjadi maju, dan itu yang harus terus dilakukan Indonesia untuk keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah.

"Pengembangan budaya inovasi menjadi kunci untuk dapat menjadi negara maju," kata Menristek Bambang dalam acara virtual Penganugerahan Kompetisi Ilmiah dan Penutupan Indonesia Science Expo (ISE) 2020, Jakarta, Kamis (19/11).

Menristek Bambang mengatakan Indonesia saat ini masih mengandalkan sumber daya alam sebagai tulang punggung perekonomian sehingga Indonesia masih belum bisa ke luar dari jebakan negara dengan pendapatan kelas menengah.

Berdasarkan pengalaman beberapa negara yang dapat lolos dari kondisi middle income trap seperti Korea Selatan, pengembangan budaya inovasi menjadi kunci untuk suatu negara untuk meningkatkan ekonominya dan menjadi negara maju.
 

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE