Mengenal sagu makanan bernutrisi yang membudaya

id Makanan sagu

Mengenal sagu makanan bernutrisi yang membudaya

Pengolahan sagu di Kabupaten Lingga (Nurjali)

Lingga (ANTARA) - Mendapat julukan sebagai Bunda Tanah Melayu, Kabupaten Lingga menyimpan dan meninggalkan banyak sejarah di masa kerajaan Riau-Lingga, tidak hanya warisan budaya, dan agama, namun politik, kesehatan hingga ekonomi masih dikenang hingga kini melalui arsip-arsip kuno yang tersimpan di Indonesia maupun Eropa.

Salah satunya potensi pertanian sagu, yang hingga kini menjadi salah satu mata pencaharian masyarakat setempat. Sagu di  Lingga, pada tahun 1915 dalam kitab Tuhfadz Al Nahfiz karya Raja Ali Haji, tidak saja menjadi bahan utama konsumsi masyarakat di waktu itu, namun potensi sagu di Lingga juga menjadi salah satu penyumbang devisa kerajaan Riau-Lingga d imasa itu.

Potensi tanaman dari pertanian ini, mampu menembus pasar negara-negara Eropa kala itu. Dalam rilis Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepulauan Riau tahun 1913-1915 produksi sagu di  Lingga adalah yang terbesar di Nusantara kala itu, yaitu berkisar di angka 6.253 ton dalam kurang waktu tiga tahun.

Dalam data Kementerian Pertanian RI, tanaman sagu merupakan salah satu komoditas pertanian, yang paling banyak digunakan untuk mengolah beberapa bahan makanan, bagi masyarakat. Kebutuhan makanan berbahan baku sagu ini, tidak saja dijangkau masyarakat dalam negeri, namun hingga keluar negeri. Selain ekonomis bahan pangan sagu merupakan salah satu sumber nutrisi yang banyak manfaatnya bagi tubuh manusia.

Ulasan dalam video 
Pengolahan Sagu di Lingga

Manfaat Kandungan Nutrisi pada Sagu

Sagu dengan nama Latin Metroxylon sp merupakan tanaman pangan yang mengandung karbohidrat yang cukup baik bagi tubuh. Tumbuhan asli Asia Tenggara ini, hanya ada di beberapa negara di Asia Tenggara, salah satunya Indonesia.

Di Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau, sagu merupakan salah satu makanan pokok sebelum adanya beras masuk ke wilayah ini. Meski saat ini beras mulai menggeser sagu sebagai bahan pokok utama masyarakat di  Lingga, namun kandungan nutrisi pada sagu masih banyak ditemukan dengan beragam hidangan.

Mulai dari kue mue  baik itu kue kering hingga diolah menjadi beberapa makanan pokok dengan olahan-olahan yang sederhana, salah satunya lempeng sagu yang hanya diolah dengan parutan kelapa, namun memiliki kandungan nutrisi yang sangat baik bagi tubuh dan mampu mengeyangkan dan menyegarkan.

Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan  Lingga, Masah mengatakan, sedikitnya ada delapan manfaat sagu bagi tubuh diantaranya, kandungan karbohidratnya dapat menjadi sumber energi bagi tubuh.

Kemudian dengan mengkonsumsi sagu juga dapat mencegah darah tinggi, kandungan potasium pada akar tapioka, digunakan sebagai salah satu obat untuk menyembuhkan stress, hipertensi, dan penyakit kardiovaskular. 

"Sagu juga dapat membantu memperlancar sistem pencernaan, seperti perut kembung, sembelit, maag, dan asam lambung," ujarnya.

Kandungan kalsium, zat besi, dan mineral pada sagu, juga dapat membantu perbaikan tulang dan sendi pada tubuh. Jika mengalami suhu tubuh tinggi, atau mengalami demam, ada baiknya segera mengonsumsi sagu, misalnya dengan dihidangkan seperti lendot  (bubur sagu) makanan khas Lingga.

Sagu juga dapat meningkatkan energi pada tubuh, meningkatkan kinerja tubuh saat berolahraga. Pada penelitian menyebutkan, sagu dapat menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida pada tubuh, sehingga dapat mengurangi resiko penyakit jantung. 

"Ada juga yang bilang jika sagu dapat digunakan sebagai bedak atau masker karena mampu mengeksfoliasi kulit," jelasnya.


Produksi Sagu di Lingga
Infografik Sagu Makanan Bernutrisi

Sagu

Dinas Pertanian dan Ketahanan Kabupaten Lingga mengatakan, dalam beberapa tahun yang lalu sebelum pandemi Pemerintah Kabupaten Lingga, telah memberikan dukungan kepada masyarakat para petani sagu di tiga kecamatan, salah satunya dengan melakukan revitalisasi sagu untuk meningkatkan hasil produksi.

"Dalam satu tahun petani sagu di Lingga, mampu melakukan panen paling sedikit 1.356 hektare lahan sagu," kata Kabid Perkebunan Dinas Pertanian dan Ketahan  Lingga, Sufahmi.

Meskipun begitu saat ini jumlah dari lahan sagu semakin berkurang, yang diakibatkan dari pengalihan fungsi  lahan untuk tanaman sagu dengan pembangunan-pembangunan seperti jalan, rumah dan area perkantoran.

Program revitalisasi sagu  dilakukan dengan maksud, agar pertumbuhan sagu lebih teratur sehingga produksi sagu di Lingga dapat meningkat. Selain itu dengan adanya program revitalisasi sagu tersebut, hal itu sangat memberikan dampak yang sangat besar bagi produksi sagu di  daerah itu.

Untuk saat ini sedikitnya ada 10 Desa penghasil sagu yang menjadi daerah prioritas investasi, yakni Desa Merawang, Panggak Laut, Nerekeh, Musai, Pekaka, Kerandin, Limbung, Kudung, Teluk, dan Desa Keton.

Menurut beberapa pengusaha sagu di  Lingga, sagu dari daerah itu memiliki kualitas yang sangat baik alami dan tidak pernah ada bahan pengawet. Sagu dari Kabupaten Lingga saat ini dijual ke Jambi dan Selat Panjang, Provinsi Riau, hingga Jawa.

"Sagu dari Daik Lingga kualitasnya diakui cukup baik, bahkan kami mampu bersaing dengan daerah lain," ujarnya.

Dalam satu hari para petani sagu mampu memproduksi paling sedikit satu ton sagu, di setiap petani sagu. Namun masyarakat yang mengelola secara tradisional tersebut meski menggunakan mesin, mengaku produksi sagu masih disesuaikan dengan harga jual, jika harga sagu murah masyarakat kebanyakan tidak melakukan produksi.

"Harganya turun naik, kalau lagi turun kita produksi terbatas, tapi kalau lagi tinggi baru kita aktif produksi," ujarnya.

Potensi Sagu di Lingga
Limbah kulit batang sagu, salah satu bahan pokok yang dapat dibuat papan partikel berbahan baku kulit batang sagu (Nurjali)


Pada tahun 2019 yang lalu, Pemerintah Kabupaten Lingga, menerima sertifikat Indikasi Geografis (IG) `Sagu Lingga` dari Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) Kepulauan Riau, di Tanjungpinang.

IG merupakan bagian dari Hak Kekayaan Intelektual (HKI), yang nantinya akan memberikan nilai tambah komersial, karena orisinalitasnya dan limitasi suatu produk sertifikat IG memberikan perlindungan hukum terhadap nama geografis asal produk, jaminan keaslian asal suatu produk, dan peningkatan penerimaan produsen.

Kemudian diawal bulan Maret yang lalu, kunjungan Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel memberikan peluang kepada Kabupaten Lingga, untuk mengolah bahan baku sagu menjadi produk “mie sagu” dengan menggandeng UMKM dan para usahawan untuk bersinergi, serta ikut mempromosikan produk mie sagu tersebut nantinya.

Rencananya hal ini akan dilanjutkan kepada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk memastikan bahwa produksi sagu di  Lingga, benar-benar produktif dan memberi manfaat bagi produktifitas sagu di Kabupaten Lingga.

Lokasi: 
https://www.google.com/maps/place/Merawang,+Kec.+Lingga,+Kabupaten+Lingga,+Kepulauan+Riau/@-0.2208145,104.5469339,13z/data=!3m1!4b1!4m5!3m4!1s0x2e276be3e97ac443:0x65aaa455e0615f26!8m2!3d-0.221774!4d104.5830082
 

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE