Yogyakarta (ANTARA) - Ribuan suporter dari berbagai klub sepak bola se-Pulau Jawa berkumpul di halaman parkir Stadion Mandala Krida, Kota Yogyakarta, Selasa malam, untuk menyepakati perdamaian dan persatuan. Mereka juga mendoakan korban tragedi Kanjuruhan.
Pertemuan ribuan suporter itu diawali dengan salat gaib dan doa bersama untuk korban tragedi Kanjuruhan. Kemudian diakhiri dengan penyalaan lilin serta cahaya gawai sebagai simbol perdamaian, kesepakatan untuk berdamai.
"Kita akan membuat sejarah bahwa kita suporter yang hadir pada malam hari ini akan menghentikan semua kebencian-kebencian yang ada dalam hati kita," kata Presiden Brajamusti Yogyakarta Muslich Burhanuddin saat berorasi.
Burhanuddin yang acap disapa Thole itu meminta kepada seluruh suporter menjadikan tragedi di Kanjuruhan sebagai titik tolak untuk bersatu memajukan sepak bola Indonesia.
"Kita akan mewariskan hal-hal positif kepada anak cucu kita bahwa ke depan sepak bola di Indonesia, khususnya DIY dan Jawa Tengah penuh dengan suka cita," ujarnya.
Suporter yang hadir antara lain dari Brajamusti dan The Maident (Yogyakarta), Paserbumi (Bantul), Slemania dan BCS (Sleman), Pasoepati, Ultras, dan GK Samber Nyawa (Solo), Panser Biru dan Snex (Semarang), Aremania (Malang), Bonek (Surabaya), The Jakmania (Jakarta), serta Bobotoh dan Viking (Bandung).
Hadir pula perwakilan sejumlah elemen suporter dari Medan dan Makassar.
Presiden Pasoepati Solo Maryadi Gondrong berharap ke depan hubungan baik seluruh suporter, utamanya di Jawa Tengah dan DIY terus terjaga.
"Insya Allah kami dari Pasoepati akan menyetujui, melaksanakan untuk persatuan dan kesatuan Indonesia," katanya.
Zulfikar perwakilan dari BCS Sleman berujar terselenggaranya pertemuan bersejarah itu murni dari para suporter di akar rumput yang menginginkan perdamaian.
Ia berharap berpulangnya 125 suporter di Stadion Kanjuruhan menjadi momentum menyudahi perselisihan. "Ini organik dari teman-teman di bawah tiktokan dan klik," ucap dia.
Menurut Ketua Umum Asprov PSSI DIY Syauqi Soeratno, kesepakatan damai para suporter itu bakal membuka lembaran baru sepak bola Indonesia yang lebih baik.
"Semoga malam ini menjadi titik tolak untuk bangkit menjadi lebih baik ke depan. Semoga piala dunia tidak dipindahkan dari Indonesia, semoga Timnas kita terus berjaya sehingga masuk piala dunia, dan semoga sepak bola Indonesia kelak menjadi referensi sepak bola dunia," kata Syauqi.
Kapolresta Yogyakarta Kombes Pol Idham Mahdi mengapresiasi pertemuan antar-suporter di Yogyakarta itu dan berharap menjadi momentum suporter Indonesia bergandengan tangan.
Ia berharap semua menyadari bahwa sepak bola adalah seni sekaligus sarana pemersatu bangsa.
Usai, ribuan suporter kompak menyanyikan anthem dari klub Persis Solo, PSS, serta PSIM secara bergantian.
Di beberapa sudut jalan menuju Stadion Mandala Krida, sejumlah suporter dari wadah yang berbeda juga tampak berfoto bersama dengan mengangkat bendera dan syal masing-masing dengan suka cita tanpa dikomando.
Tragedi Kanjuruhan terjadi pada Sabtu (1/10), insiden itu bermula dari kericuhan yang terjadi setelah pertandingan Liga I antara Arema FC melawan Persebaya berakhir dengan skor 2-3.
Kekalahan yang terjadi di kandang Arema itu membuat sejumlah suporter masuk ke dalam area lapangan.
Kondisi itu semakin ricuh setelah sejumlah benda-benda seperti flare dan botol minum dilemparkan ke arah lapangan.
Petugas keamanan sebenarnya sudah berusaha menghalau agar para suporter tidak memanas.
Di tengah kondisi itu, petugas akhirnya melakukan tembakan gas air mata dan kondisi justru semakin memanas sehingga akhirnya berdasarkan data dari tim DVI Polri menelan korban jiwa hingga 125 orang.
Rivalitas sehat
Sementara itu, psikolog klinis forensik dari Universitas Indonesia Kasandra Putranto menjelaskan perlunya memberikan pemahaman mengenai rivalitas yang sehat sejak dini untuk menciptakan suasana pertandingan olahraga yang kondusif.
Pemahaman terkait rivalitas yang sehat untuk level suporter artinya tidak hanya mendukung ketika sebuah tim olahraga memenangkan pertandingan saja, namun juga ketika tim yang didukungnya mengalami kekalahan hal itu juga harus diterima.
Senada dengan pendapat Kasandra tersebut, Sosiolog dari UI Ida Ruwaida juga berpendapat hal yang serupa.
Salah satu cara untuk mencegah kembali terulangnya insiden serupa seperti tragedi Kanjuruhan, diperlukan edukasi yang tepat kepada para pecinta olahraga mengenai sportivitas dan rivalitas sehat.
"Memang perlu edukasi dan penyadaran kepada para suporter, panitia, maupun pihak-pihak terkait. Hal ini harus dilakukan secara berlapis, sistematis, dan intens. Termasuk melibatkan berbagai kalangan seperti sekolah, pemuka agama, media, hingga peer groups. Hal ini mengingat latar belakang suporter juga beragam, baik dari usia, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, serta area tinggal," ujar Ida.
Adapun terkait dengan tragedi Kanjuruhan baik Kasandra dan Ida pun sepakat tidak hanya dari segi suporter yang perlu di evaluasi tapi juga pihak penyelenggara hingga petugas keamanan.
Kasandra berpendapat evaluasi bisa dimulai dari pihak panitia penyelenggara yang tidak mengikuti prosedur operasi standar (SOP) mulai dari jumlah tiket yang dicetak melebihi kapasitas hingga waktu pertandingan yang diundur.
Selain itu, dari segi petugas keamanan evaluasi bisa dilakukan terkait dengan penggunaan gas air mata serta cara penanganan yang berakhir tidak mampu membendung massa.
Sementara Ida berpendapat, dari segi penyelenggara seharusnya evaluasi dalam tragedi Kanjuruhan juga memperhitungkan aspek psikologis massa.
Mereka sepakat bahwa faktor-faktor di atas perlu diperhitungkan dan tentunya dibutuhkan konsekuensi hukum agar kejadian serupa tidak terulang.
"Seharusnya ada pembelajaran sosial yang mahal bagi siapapun penyelenggara kegiatan yang memobilisasi atau melibatkan massa besar dari kejadian ini," tutup Ida.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ribuan suporter sepak bola se-Pulau Jawa sepakat damai di Yogyakarta
Komentar