BSIP Kepri dampingi petani padi di Bintan kelola fase primordia
Tanjungpinang (ANTARA) - Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian (BSIP) Kementerian Pertanian (Kementan) mendampingi petani padi dalam pengelolaan fase primordia kegiatan pembenihan padi terstandar di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau (Kepri).
Kepala BSIP Kepri Ahmad Tohir Harahap mengatakan kegiatan padi terstandar yang dikelola Kelompok Tani Poyotomo Makmur Desa Sri Bintan, Kecamatan Teluk Sebong di atas lahan seluas 1,5 hektare itu ditanami padi varietas Inpari IR Nutri Zinc, dengan target produksi kelas benih pokok (label ungu) sebanyak tiga ton benih bersertifikat.
"Saat ini umur padi mencapai 56 Hari Setelah Tanam (HST)," kata Ahmad Tohir di Bintan, Selasa.
Ia menjelaskan fase primordia dalam pertumbuhan tanaman padi adalah tahap penting, d mana struktur dasar organ tanaman seperti batang, daun, dan bunga, mulai terbentuk. Fase ini biasanya terjadi pada usia sekitar 50 hingga 60 hari setelah tanam.
Menurutnya, tanaman padi dalam fase ini sangat rentan terhadap berbagai gangguan, seperti serangan hama dan penyakit, serta perubahan lingkungan yang signifikan.
Oleh karena itu pihaknya mengimbau para petani segera memasang tali perak di sekitar lahan pertanian sebagai langkah pencegahan terhadap serangan hama burung.
Ia juga menekankan pentingnya penyemprotan pestisida secara tepat waktu untuk mengantisipasi atau mengendalikan serangan hama, khususnya walang sangit yang bisa menyebabkan kerusakan signifikan pada tanaman padi.
"Selain itu pembersihan gulma baik di area tanaman padi maupun di pematang sawah sangat penting, karena gulma berpotensi menjadi tempat persembunyian hama yang dapat mengancam kesehatan dan produktivitas tanaman padi," katanya.
Untuk memastikan tanaman padi tetap sehat dan mencapai produktivitas optimal, lanjutnya, pendampingan yang intensif sangat diperlukan terutama pada fase krusial seperti primordia.
BSIP Kepri, kata dia, berperan penting dalam memberikan panduan teknis kepada para petani, khususnya dalam hal pengendalian hama dan pengelolaan kondisi lahan.
Melalui pengawasan dan bimbingan yang tepat, menurut dia, petani dapat melindungi tanaman dari serangan hama seperti walang sangit, serta memastikan pengelolaan lingkungan yang mendukung pertumbuhan padi yang sehat.
"Langkah-langkah ini diharapkan dapat meningkatkan hasil panen dan memaksimalkan potensi lahan," ungkapnya.
Sementara Ali Aspan selaku petani kooperator menjelaskan bahwa mereka sudah mulai memasang tali perak di sekitar lahan pertanian, sebab malai padi sudah mulai keluar meskipun belum semuanya.
Ia menyebut tindakan ini diambil sebagai langkah pencegahan agar hama burung tidak merusak tanaman. Selain itu kayu sebagai penopang tali perak sudah disiapkan, termasuk penyemprotan pestisida guna mencegah dan mengendalikan hama walang sangit yang mulai muncul di lahan juga dilakukan.
"Melalui pendampingan BSIP Kepri, kami mendapatkan panduan yang efektif dalam mengelola tanaman padi selama fase krusial. Upaya bersama ini diharapkan dapat meningkatkan hasil panen dan produktivitas lahan secara optimal," ucapnya.
Kepala BSIP Kepri Ahmad Tohir Harahap mengatakan kegiatan padi terstandar yang dikelola Kelompok Tani Poyotomo Makmur Desa Sri Bintan, Kecamatan Teluk Sebong di atas lahan seluas 1,5 hektare itu ditanami padi varietas Inpari IR Nutri Zinc, dengan target produksi kelas benih pokok (label ungu) sebanyak tiga ton benih bersertifikat.
"Saat ini umur padi mencapai 56 Hari Setelah Tanam (HST)," kata Ahmad Tohir di Bintan, Selasa.
Ia menjelaskan fase primordia dalam pertumbuhan tanaman padi adalah tahap penting, d mana struktur dasar organ tanaman seperti batang, daun, dan bunga, mulai terbentuk. Fase ini biasanya terjadi pada usia sekitar 50 hingga 60 hari setelah tanam.
Menurutnya, tanaman padi dalam fase ini sangat rentan terhadap berbagai gangguan, seperti serangan hama dan penyakit, serta perubahan lingkungan yang signifikan.
Oleh karena itu pihaknya mengimbau para petani segera memasang tali perak di sekitar lahan pertanian sebagai langkah pencegahan terhadap serangan hama burung.
Ia juga menekankan pentingnya penyemprotan pestisida secara tepat waktu untuk mengantisipasi atau mengendalikan serangan hama, khususnya walang sangit yang bisa menyebabkan kerusakan signifikan pada tanaman padi.
"Selain itu pembersihan gulma baik di area tanaman padi maupun di pematang sawah sangat penting, karena gulma berpotensi menjadi tempat persembunyian hama yang dapat mengancam kesehatan dan produktivitas tanaman padi," katanya.
Untuk memastikan tanaman padi tetap sehat dan mencapai produktivitas optimal, lanjutnya, pendampingan yang intensif sangat diperlukan terutama pada fase krusial seperti primordia.
BSIP Kepri, kata dia, berperan penting dalam memberikan panduan teknis kepada para petani, khususnya dalam hal pengendalian hama dan pengelolaan kondisi lahan.
Melalui pengawasan dan bimbingan yang tepat, menurut dia, petani dapat melindungi tanaman dari serangan hama seperti walang sangit, serta memastikan pengelolaan lingkungan yang mendukung pertumbuhan padi yang sehat.
"Langkah-langkah ini diharapkan dapat meningkatkan hasil panen dan memaksimalkan potensi lahan," ungkapnya.
Sementara Ali Aspan selaku petani kooperator menjelaskan bahwa mereka sudah mulai memasang tali perak di sekitar lahan pertanian, sebab malai padi sudah mulai keluar meskipun belum semuanya.
Ia menyebut tindakan ini diambil sebagai langkah pencegahan agar hama burung tidak merusak tanaman. Selain itu kayu sebagai penopang tali perak sudah disiapkan, termasuk penyemprotan pestisida guna mencegah dan mengendalikan hama walang sangit yang mulai muncul di lahan juga dilakukan.
"Melalui pendampingan BSIP Kepri, kami mendapatkan panduan yang efektif dalam mengelola tanaman padi selama fase krusial. Upaya bersama ini diharapkan dapat meningkatkan hasil panen dan produktivitas lahan secara optimal," ucapnya.
Komentar