Kupang (ANTARA) - Pos Pemantau Gunung Api Ili Lewotolok di Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur melaporkan pada pukul 17.11 WITA, gunung api tersebut kembali mengalami erupsi dan kawahnya mengeluarkan asap putih dengan tinggi kolom abu kurang lebih mencapai 800 meter di atas puncak.
Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Ili Lewotolok, Stanislaus Ara Kian dalam laporannya kepada ANTARA di Kupang, Kamis (14/10) mengatakan ketinggian material erupsi gunung pada Kamis sore cukup tinggi.
"Untuk erupsi materialnya sore ini cukup tinggi. Beberapa waktu lalu sempat mencapai 700 meter dan sore ini mencapai sekitar 800 meter," katanya.
Stanis menjelaskan jika diukur dari permukaan laut, tinggi kolom abunya mencapai kurang lebih 2.223 meter
Ia menambahkan kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat. Erupsi juga terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 13 mm dan durasi kurang lebih 32 detik.
"Saat ini gunung dalam keadaan status level III atau siaga," katanya.
Pihaknya merekomendasikan agar masyarakat di sekitar Gunung Ili Lewotolok maupun pengunjung, pendaki, wisatawan tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari puncak/kawah gunung itu.
Masyarakat Desa Jontona agar selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya longsoran material lapuk yang dapat disertai awan panas dari bagian tenggara puncak/kawah gunung.
Ia juga mengingatkan warga terkait potensi bahaya abu vulkanik yang dapat mengakibatkan gangguan pernapasan (ISPA) maupun gangguan kesehatan lainnya. Masyarakat yang berada di sekitar Gunung Ili Lewotolok agar menyiapkan masker penutup hidung dan mulut maupun perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit.
Pos pemantau, katanya, selama ini tetap siaga dan memantau untuk memastikan bahwa tak ada semburan abu yang lebih besar dan tinggi yang dapat membahayakan warga di sekitar gunung itu.
"Kami juga mengimbau agar seluruh pihak menjaga suasana di Pulau Lembata tetap kondusif, tidak menyebarkan narasi bohong dan tidak terpancing isu-isu tentang erupsi Gunung Ili Lewotolok yang tidak jelas sumbernya," kata Stanislaus Ara Kian.
Komentar