KEK Galang Batang Bintan Sudah Ekspor Alumina Senilai 212 Juta USD

id Ekspor alumina

KEK Galang Batang Bintan Sudah Ekspor Alumina Senilai 212 Juta USD

Senior Advisor PT BAI Purba Robert Sianipar didampingi Kadis Kominfo Pemprov Kepri Hasan saat konferensi pers terkait ekspor alumina di Tanjungpinang. (Ogen)

Bintan (ANTARA) - PT Bintan Alumina Indonesia (BAI) di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Galang Batang, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepri, sudah mengekspor 550 ribu ton smelter grade alumina (SGA) ke Malaysia, sejak mulai beroperasi 8 Desember 2018.

"Total devisa negara yang telah disumbangkan dari kegiatan ekspor SGA tersebut, sebesar 212 Juta USD," kata Senior Advisor PT BAI Purba Robert Sianipar di Tanjungpinang, Senin.

Robert menyatakan KEK Galang Batang menjadi salah satu KEK unggulan di Indonesia, karena mulai dari perencanaan, realisasi investasi hingga produksi relatif lebih cepat di banding 19 KEK lainnya di Indonesia.

Ia menjelaskan industri alumunium berasal dari bahan baku bauksit yang diproses melalui empat tahapan sehingga menghasilkan alumina. Di PT BAI, alumina yang diproduksi merupakan SGA.

Alumina SGA ini merupakan bahan baku penghasil alumunium batangan atau ingot yang diperlukan oleh industri-industri besar seperti pesawat terbang, kereta api, dan mobil. Hilirisasinya juga akan lebih banyak lagi seperti bahan baku wadah minuman kaleng, juga alumunium foil.

"Saat ini PT BAI sudah memiliki alumunium refinery untuk memproduksi SGA," ujar dia.

Menurut dia, proyeksi ke depan PT BAI juga akan membangun alumunium smelter untuk memproduksi alumunium ingot.

PT BAI menargetkan akan memproduksi 2 juta ton SGA yang dapat menghasilkan 1 juta ton alumunium ingot. Target tersebut direncanakan akan tercapai pada tahun 2027 dengan rincian produksi 250 ribu ton ingot di tahun 2025, 250 ribu ton di tahun 2026 dan 500 ribu ton di tahun 2027.

"PT BAI sudah punya pelabuhan yang sangat memadai untuk menampung masuknya bahan baku bauksit dari Pulau Kalimantan dan batu bara untuk keperluan PLTU dari Tanjung Enim, Sumatera, serta keperluan ekspor produk," jelas Robert.

Sedangkan untuk keperluan energi penunjang produksi, lanjut dia, saat ini PT. BAI sudah membangun PLTU dengan kapasitas 6 x 25 MW. Untuk memenuhi target 1 juta ton alumunium ingot pada tahun 2027, diproyeksikan akan dibangun PLTU dengan total kapasitas 2.850 MW.

Lebih lanjut Robert mengutarakan total investasi penanaman modal asing (PMA) di KEK Galang Batang sebesar 5,5 Miliar USD atau setara Rp75 triliun.

Untuk tahap pertama hingga 2027, ditargetkan terserap Rp36 triliun. Sedangkan per Januari 2022, nilai investasi yang sudah terserap sebesar Rp18 triliun.

"Investornya dari Nanshang, China. Investasi awal, menjadi dasar terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 42 Tahun 2017, yaitu Penetapan KEK Galang Batang di Bintan," ungkapnya.

Sesuai PP tersebut, sambungnya, total luas lahan KEK Galang Batang sekitar 2.333 hektare, di mana sekitar 1.680 hektare sudah dikuasai dan hampir semuanya telah digunakan.

Bahkan dalam waktu dekat, rencananya akan ada perluasan lahan lagi dengan total 2.000 hektare untuk mendukung berbagai kegiatan investasi baru di kawasan tersebut.

"KEK Galang Batang akan menjadi mesin ekonomi daerah maupun nasional," ujarnya.

Lanjutnya menjelaskan PT BAI ditargetkan menyerap 21.000 orang tenaga kerja, dan sampai saat ini yang sudah terserap 3.500 orang. Dengan rincian 900 orang tenaga kerja asing, 2.600 orang tenaga kerja lokal.

Ia memastikan khusus tenaga kerja asing yang bekerja di PT BAI, telah mengikuti aturan ketenagakerjaan di Indonesia.

"Kami juga telah mengirim 80 Sarjana (S1) ke China untuk belajar Bahasa Mandarin dan pengoperasian alat yang ada. Saat ini mereka sudah selesai pendidikan dan bekerja di PT BAI," sebutnya.

Dia optimis keberadaan KEK Galang Batang akan menjadikan Kabupaten Bintan sebagai kawasan industri baru yang menyaingi bahkan melebihi Kota Batam, asal pengelolaannya konsisten dan didukung penuh oleh pemerintah.

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE