Menteri Kesehatan belum pastikan batuk yang dialami Presiden akibat udara kotor Jakarta
Jakarta (ANTARA) - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin belum memastikan batuk yang dialami Presiden Joko Widodo (Jokowi) disebabkan pengaruh udara kotor yang melanda kawasan Jakarta dan sekitarnya dalam beberapa hari terakhir.
"Presiden bilang beliau agak batuk-batuk kemarin," kata Menkes Budi Gunadi Sadikin di Jakarta, Selasa.
Namun saat ditanya apakah penyebabnya adalah kotor? Menkes Budi mengatakan dugaan tersebut belum diperiksa lebih lanjut oleh tenaga kesehatan yang berwenang.
"Itu belum diperiksa," ujar Menkes.
Menurut dia, Presiden Jokowi telah memberikan arahan kepada Kemenkes untuk mengambil bagian dalam upaya penanggulangan udara kotor di sektor hilir yakni melalui deteksi dini kesehatan paru-paru masyarakat menggunakan alat tes fungsi paru di setiap puskesmas pada daerah berpolusi tinggi.
Alat yang kini tersedia, kata Menkes Budi, bernama sprirometri yang dapat mendeteksi sejumlah penyakit yang dipicu udara kotor, seperti asma, tuberkulosis, kanker paru, dan paru obsurpsi kronis.
Sektor hilir lainnya yang kini diperkuat adalah kesiapan fasilitas pelayanan di rumah sakit untuk mengobati pasien dengan keluhan gangguan pernapasan.
"Itu sudah kita siapkan gimana perawatan di RS," kata Menkes Budi.
Seluruh laporan terkait pengaruh udara kotor bagi kesehatan masyarakat, kata dia, dikoordinasikan kepada kementerian/lembaga terkait sebagai bahan evaluasi
"Kami menjaga agar monitor kondisinya seperti apa. Kami laporkan ke kementerian yang handle sebabnya (udara kotor) dan kami siapkan kalau akibatnya terjadi pada masyarakat," katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Menkes belum pastikan batuk yang dialami Presiden akibat udara kotor
"Presiden bilang beliau agak batuk-batuk kemarin," kata Menkes Budi Gunadi Sadikin di Jakarta, Selasa.
Namun saat ditanya apakah penyebabnya adalah kotor? Menkes Budi mengatakan dugaan tersebut belum diperiksa lebih lanjut oleh tenaga kesehatan yang berwenang.
"Itu belum diperiksa," ujar Menkes.
Menurut dia, Presiden Jokowi telah memberikan arahan kepada Kemenkes untuk mengambil bagian dalam upaya penanggulangan udara kotor di sektor hilir yakni melalui deteksi dini kesehatan paru-paru masyarakat menggunakan alat tes fungsi paru di setiap puskesmas pada daerah berpolusi tinggi.
Alat yang kini tersedia, kata Menkes Budi, bernama sprirometri yang dapat mendeteksi sejumlah penyakit yang dipicu udara kotor, seperti asma, tuberkulosis, kanker paru, dan paru obsurpsi kronis.
Sektor hilir lainnya yang kini diperkuat adalah kesiapan fasilitas pelayanan di rumah sakit untuk mengobati pasien dengan keluhan gangguan pernapasan.
"Itu sudah kita siapkan gimana perawatan di RS," kata Menkes Budi.
Seluruh laporan terkait pengaruh udara kotor bagi kesehatan masyarakat, kata dia, dikoordinasikan kepada kementerian/lembaga terkait sebagai bahan evaluasi
"Kami menjaga agar monitor kondisinya seperti apa. Kami laporkan ke kementerian yang handle sebabnya (udara kotor) dan kami siapkan kalau akibatnya terjadi pada masyarakat," katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Menkes belum pastikan batuk yang dialami Presiden akibat udara kotor
Komentar