Bintan (ANTARA) - Platform perjalanan Traveloka berkolaborasi dengan Yayasan CARE Peduli (YCP/CARE Indonesia) melalui inisiatif Pahlawan Pohon untuk menanam 50.000 bibit mangrove di zona penyangga kawasan Konservasi Laut di antaranya di Pulau Bintan Kepulauan Riau.
Kolaborasi ini juga menginisiasi pembentukan Kelompok Usaha Ekonomi Perempuan (KUEP) untuk mengelola beragam potensi ekonomi dari komoditas unggulan setempat.
Kegiatan yang akan dilakukan pada kawasan hutan mangrove seluas 14.000 hektar ini bertujuan untuk mendukung pencapaian target Net Zero Emission Indonesia tahun 2060 dan sesuai dengan visi pemerintah dalam menghijaukan kembali lebih dari 12 juta hektar hutan yang terdegradasi secara bertahap demi terciptanya ekonomi hijau dan biru, ketahanan pangan, iklim dan ketangguhan masyarakat.
President Traveloka Caesar Indra menyampaikan kolaborasi Traveloka dengan CARE Indonesia merupakan salah satu bentuk komitmen Traveloka di pariwisata berkelanjutan melalui inisiatif Pahlawan Pohon, yang berfokus pada pelestarian alam dan pemberdayaan masyarakat lokal.
"Sebanyak 150.000 pohon mangrove yang telah dan akan ditanam di berbagai wilayah, termasuk Kepulauan Seribu, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Pulau Bali, dan Kepulauan Riau, diharapkan dapat memberikan dampak positif yang signifikan terhadap keberlanjutan lingkungan dan perekonomian lokal," kata dia.
Sekretaris Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau, La Ode M. Faisal menyambut baik kolaborasi Traveloka dan CARE Indoesia serta menekankan pentingnya perlindungan 14.000 hektar hutan mangrove yang tersebar di Pulau Bintan.
“Untuk mendukung kawasan konservasi di Kabupaten Bintan bermanfaat secara baik, kegiatan seperti hari ini sangat kita harapkan. Penanaman mangrove yang melibatkan masyarakat, tentu kita berharap keberhasilannya lebih terjamin karena jika tidak didukung oleh masyarakat bisa ada potensi pihak yang merusak. Dengan melibatkan masyarakat kami sangat mendukung dan harapannya kelompok perempuan dan masyarakat yang terlibat bisa menjalankannya dengan senang hati dan mendapat hasil yang baik,” katanya.
CEO Yayasan CARE Peduli, Dr. Abdul Wahib Situmorang menjelaskan lebih lanjut mengenai fokus dari program ini, yaitu pelibatan komunitas setempat, khususnya kelompok perempuan yang disebut Women Mangrove Warrior.
“Pemanfaatan dan perlindungan hutan mangrove sudah menjadi kearifan lokal yang dilakukan masyarakat setempat salah satunya oleh suku laut Kampung Panglong di Desa Berakit yang memanfaatkan hasil laut berupa ikan dan kerang untuk dibuat menjadi berbagai produk olahan makanan. Kelompok perempuan tidak hanya dilibatkan aktif dalam upaya konservasi mangrove melalui pembibitan dan penanaman di program ini, tetapi juga dalam penguatan ekonomi seperti literasi digital dan keuangan, serta pembuatan produk olahan dari mangrove yang memiliki nilai tambah,” jelas Abdul.
Lebih lanjut Abdul menjelaskan terkait pembentukan Kelompok Usaha Ekonomi Perempuan (KUEP), yang bertujuan untuk meningkatkan kemandirian finansial perempuan dan pembentukan komunitas.
“KUEP akan menjadi wadah bagi kelompok perempuan untuk mengumpulkan tabungan, mengakses pinjaman kecil, dan terlibat dalam pengambilan keputusan kolektif. Melalui pelatihan kewirausahaan, kami berharap kelompok perempuan dapat meraih peluang ekonomi lebih luas di luar konservasi mangrove dan meningkatkan kemandirian finansial, serta dapat mendukung peningkatan ekonomi berbasis lingkungan yang berkelanjutan,” pungkasnya.
Komentar