BPS catat tiga hal yang picu deflasi di Kepri

id Kepri alami deflasi

BPS catat tiga hal yang picu deflasi di Kepri

Kelompok transportasi jadi salah satu pemicu deflasi di Provinsi Kepri sebesar 0,50 persen pada Agustus 2022. (ANTARA/Ogen)

Tanjungpinang (ANTARA) - BPS mencatat ada tiga indeks kelompok pengeluaran yang memicu terjadinya deflasi di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) sebesar 0,50 persen pada Agustus 2022 atau lebih besar dibanding Agustus 2021 sebesar 0,42 persen.

"Dari dua kota indeks harga konsumen (IHK) di Kepri, tercatat Kota Batam mengalami deflasi sebesar 0,50 persen dan Kota Tanjungpinang mengalami deflasi
sebesar 0,54 persen," kata Kepala BPS Kepri Darwis Sitorus di Tanjungpinang, Jumat.

Ia menjelaskan tiga indeks kelompok pengeluaran yang menjadi pemicu deflasi di Kepri dan menunjukkan terjadinya penurunan harga, yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau turun sebesar 2,04 persen, kelompok pakaian dan alas kaki turun sebesar 0,40 persen, dan kelompok transportasi turun sebesar 0,40 persen.

Dia menyebut beberapa komoditas yang memiliki andil/sumbangan dominan terhadap deflasi, antara lain cabai merah sebesar 0,24 persen, minyak goreng sebesar 0,23 persen, cabai rawit sebesar 0,08 persen, angkutan udara sebesar 0,08 persen, dan beras sebesar 0,03 persen.

Sementara komoditas yang memiliki andil/sumbangan dominan terhadap inflasi, antara lain sewa rumah sebesar 0,04 persen, telur ayam ras sebesar 0,04 persen, taman kanak-kanak sebesar 0,03 persen, bensin sebesar 0,02 persen, dan sekolah dasar sebesar 0,02 persen.

"Inflasi itu terjadi karena ada penurunan IHK dari 111,74 pada Juli 2022 menjadi 111,18 pada Agustus 2022," katanya.

Sementara tingkat inflasi tahun kalender Agustus 2022 sebesar 3,86 persen, lebih besar dibandingkan inflasi tahun kalender Agustus 2021 sebesar 0,20 persen.

BPS Kepri juga mencatat dari 24 kota IHK di Sumatra, tercatat semua kota mengalami deflasi pada bulan Agustus 2022. Deflasi tertinggi terjadi di Kota Tanjung Pandan sebesar 1,65 persen dan deflasi terendah terjadi di Kota Sibolga sebesar 0,02 persen. Sedangkan Kota Tanjungpinang dan Kota Batam menduduki peringkat ke-15 dan ke-17 dari 24 kota yang mengalami deflasi di Sumatra.

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE