Riwayat Keturunan Kerajaan Sengkang di Karimun

id daeng. olok, keturunan, karimun, payalabu, kepulauan riau, belanda,

Riwayat Keturunan Kerajaan Sengkang di Karimun

M Idrus, keturunan Daeng Olok atau Tenggolok asal Kerajaan Sengkang Sulawesi Selatan yang hijrah ke Karimun pada tahun 1862 akibat dikejar-kejar Belanda yang menjajah. (foto kepri.antaranews.com/Rusdianto)

Pada abad ke-19, tepatnya tahun 1862, sebuah komunitas baru berkembang di Desa Pangke, Kecamatan Meral, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau.

Komunitas itu mendirikan sebuah kampung bernama Payalabu yang kini menjadi lokalisasi wanita pekerja seks komersial.

''Sampai kini memang belum ada sejarah secara tertulis. Namun, penelusuran yang kami lakukan, pendiri kampung itu adalah noyang (nenek moyang) kami dari Kerajaan Sengkang, Sulawesi Selatan,'' kata M Idrus, dalam pengukuhan Ikatan Keluarga Besar Satu Noyang ''Serumpun Marwah Tenggolok'' atau ''Semate'' di Gang Awang Noor, Baran, Meral, Minggu 8 Agustus 2010.

Kerajaan Sengkang, kata dia merupakan sebuah kerajaan abad 19 yang juga berkaitan dengan Kerajaan Gowa.

Di peta, kerajaan itu terletak di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan.

''Keturunan kerajaan yang mendirikan kampung itu bernama Daeng Olok yang kemudian berubah nama menjadi Tenggolok, sebagai samaran karena dikejar-kejar Belanda,'' ujarnya.

Daeng Olok lari bersama istrinya Kabu. Dalam pelariannya, dia singgah di beberapa pulau kecil, mulai dari Kampar, Pulau Kenipan dan berakhir di Karimun,'' katanya.

Dia menuturkan, Payalabu merupakan pelarian terakhir Daeng Olok.

Nama Payalabu, menurut dia diperkirakan berasal dari kata paya yang artinya rawa, sedangkan labu merupakan buah labu yang dulu adalah makanan keluarga Daeng Olok.

Dia menjelaskan, Daeng Olok memiliki sembilan anak, masing-masing Sahaban, Halimah, Andam Saidi, Kenel, Hamiah, Daerani, Kamaluddin, Siti Fatimah dan Saleh.

''Kami sendiri merupakan keturunan dari Sahaban,'' ucapnya.

''Beberapa dari anak Daeng Olok ada yang merantau ke daerah lain, seperti Kamaluddin yang merantau ke Pattaya Thailand. Namun, sebagian besar tinggal di Karimun,'' tuturnya.

Keturunan anak-anak Daeng Olok yang masih hidup, lanjut dia, antara lain Danun binti Abdullah, H Saidi Umar, Tambi binti Saleh dan Maryam binti Saleh.

''Kini keturunan mereka berkembang dan membaur bersama komunitas lain. Jumlahnya mencapai ribuan,'' tuturnya.

Dia juga mengatakan, nama Gang Awang Noor juga diambil dari keturunan Tenggolok yang bernama Awang Noor.

Gang ini, dari waktu ke waktu, berkembang menjadi sebuah pemukiman yang didominasi keturunan Tenggolok.

''Keluarga besar Tenggolok menikah dengan suku Minang, Batak, Jawa dan suku-suku lainnya di Karimun,'' ucapnya.

Organisasi Kekerabatan

Menurut Idrus, sebagai sebuah komunitas besar, keturunan Tenggolok memerlukan sebuah organisasi kekerabatan untuk menjaga silsilah keturunan
.
Organisasi itu disepakati bernama Ikatan Keluarga Besar Satu Noyang  Serumpun Marwah Tenggolok atau Semate.

Pengukuhan Semate dilakukan oleh empat keturunan ketiga Daeng Olok yang masih hidup, yaitu Danun binti Abdullah, H Saidi Umar, Tambi binti Saleh dan Maryam binti Saleh.

''Keberadaan Semate diharapkan dapat mendekatkan kerabat yang jauh, merekat jalinan persaudaraan yang sudah renggang serta mempersatukan keluarga yang terpisah,'' katanya.

Zaizulfikar, salah seorang keturunan Tenggolok terpilih sebagai Ketua Umum Semate, M Rais sebagai penasehat dan M Hanif sebagai ketua harian.

Pengukuhan yang dihadiri ratusan keluarga satu keturunan turut disaksikan Wakil Bupati Karimun Aunur Rafiq.

Ketua Umum Semate Zaizulfikar mengatakan keturunan Tenggolok hendaknya saling mengenal satu sama lain.

''Pendirian Semate murni untuk menjaga silsilah dan kekerabatan, tidak ada unsur politik atau sponsor pihak lain. Niat ini sudah lama tertanam dalam hati orang tua kami, namun baru hari ini terealisasi,'' katanya.

Wakil Bupati Aunur Rafiq mengapresiasi pendirian Semate yang diharapkan dapat membantu pemerintah menjalin persaudaraan sesama warga, terutama dalam satu garis keturunan.

''Keberadaan paguyuban dan organisasi kekerabatan diharapkan dapat membantu pemerintah dalam memberantas kemiskinan,'' katanya.

Dia mengatakan, organisasi kekerabatan lebih efektif dalam membantu saudara yang ditimpa kesulitan.

''Orang yang pertama membantu saat kesusahan adalah kerabat sendiri, setelah itu baru orang lain,'' katanya. (Rdn/Btm1)

kepri.antaranews.com sangat lokal kepulauan riau untuk dunia

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE