APPRI: banyak sarjana humas tidak siap kerja

id APPRI,sarjana humas,asosiasi perusahaan public relations

APPRI: banyak sarjana humas tidak siap kerja

Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI)

Kurikulum juga harus dibantu untuk di-`review` oleh praktisi sehingga apa yang diajarkan relevan dan terkini. Banyak mata kuliah yang tidak relevan masih juga diajarkan ke mahasiswa sehingga buang-buang waktu saja
Batam (Antaranews Kepri) - Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI) menyesalkan banyaknya sarjana ilmu kehumasan yang tidak siap kerja, memenuhi kebutuhan Industri.

Ketua APPRI Jojo Suharjo Nugroho melalui siaran pers di Batam, Kepulauan Riau, menyatakan industri Public Relations (PR) di Indonesia dalam 10 tahun terakhir tumbuh cepat, namun masih kekurangan banyak talenta lulusan perguruan tinggi yang siap kerja, karena kesenjangan antara yang diajarkan di perguruan tinggi dengan kebutuhan industri.

Karena itu, lanjutnya, praktisi PR diharapkan dapat mengajar di kampus untuk memperkecil kesenjangan tersebut.

"Kurikulum juga harus dibantu untuk di-`review` oleh praktisi sehingga apa yang diajarkan relevan dan terkini. Banyak mata kuliah yang tidak relevan masih juga diajarkan ke mahasiswa sehingga buang-buang waktu saja," kata dia.

APPRI dengan Ilmu Komunikasi Universitas Bakrie, untuk memastikan ilmu yang dijabarkan di kampus sejalan dengan kebutuhan industri.

Dengan kerjasama itu, maka praktisi agensi PR anggota APPRI akan mengisi kelas kuliah khusus praktisi. Kurikulum dan silabusnya akan dirancang praktisi demi menghasilkan mahasiswa yang memiliki kemampuan yang dibutuhkan oleh industri.

Dari kelas khusus tersebut, akan diseleksi mahasiswa-mahasiswa terbaik untuk dimasukkan dalam program inkubator yang nantinya memungkinkan para mahasiswa bekerja secara paruh waktu ataupun magang di agensi Public Relations.

"Kami di industri PR merasakan sangat sulit untuk mencari sarjana ilmu komunikasi baru lulus yang siap kerja. Padahal jurusan Ilmu Komunikasi selama ini salah satu jurusan yang paling laris dan menghasilkan ribuan lulusan. Artinya ada jurang antara yang diajarkan versus yang dibutuhkan industri. Makanya APPRI memutuskan untuk jemput bola, aktif ke kampus untuk membentuk mahasiswa yang siap kerja," ujar Jojo.

Data Asosiasi Perguruan Tinggi Ilmu Komunikasi (ASPIKOM) menyebutkan Ilmu komunikasi menjadi program studi dengan peminat paling tinggi di banyak perguruan tinggi.

Di Unpad misalnya, tahun 2017 lalu ada 7.496 peminat jurusan Komunikasi. Lebih tinggi dari pada Manajemen, Hukum dan Teknik Informatika.

"Fenomena serupa juga terjadi di perguruan tinggi swasta dimana hampir semuanya berlomba-lomba membuka jurusan Ilmu Komunikasi karena ramai peminat," tambah pria yang juga Dewan Pakar Ikatan Sarjana Komunikasi (ISKI) DKI Jakarta ini.

Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Bakrie Dr Dudi Rudianto mengatakan kolaborasi praktisi dan akademisi wajib dilakukan agar mahasiswa benar-benar siap bekerja setelah mereka lulus.

"Saya mendukung kerja sama ini karena kami ingin para sarjana ilmu komunikasi bisa terserap dengan baik di industri yang tepat dan tidak asal mendapatkan pekerjaan. Ini adalah kolaborasi yang sudah kami tunggu-tunggu sejak lama," kata Dudi.

Selain dengan Universitas Bakrie, APPRI juga akan aktif menawarkan program "Praktisi Kembali ke Kampus" dan merancang sejumlah kerjasama dengan universitas terkemuka lain di Indonesia seperti Universitas Indonesia, Universitas Binus, Universitas Pelita Harapan, Universitas Multimedia Nusantara, dan lainnya.

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE