Kepri Perlu Tanam Pohon Tanpa Batas

id Kepri Perlu, Tanam Pohon, Tanpa Batas

Tanjungpinang (Antara Kepri) - Sempena  peringatan Hari Pohon Internasional pada (21/11), LSM  Air, Lingkungan dan Manusia (Alim) Kepri menghimbau agar seluruh lapisan masyarakat Provinsi Kepri melakukan penanaman pohon tanpa batas.

"Penanaman pohon ini kita minta dilakukan tanpa batas jumlah, artinya jumlah pohon yang ditanam harus diperbanyak," kata Ketua LSM Alim, Kherjuli, Kamis.

Perlunya dilakukan penambahan jumlah pohon yang tanpa batas tersebut menurutnya karena proses hidup suatu pohon dipengaruhi oleh beragam faktor.

"Dalam pemeliharaannya, pohon dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor, sehingga nantinya mempengaruhi hidup atau tidaknya pohon yang ditanam, sebab ituperlu diperbanyak jumlahnya," papar Kherjuli.

Ia mengatakan, 1 milyar pohon yang diprogramkan pemerintah pusat tidaklah cukup untuk mengimbagi betapa pentingnya pohon bagi kehidupan manusia, terlebih kondisi muka bumi yang semakin lama semakin kritis.

Seperti di Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Bintan yang menurutnya memiliki lahan kritis pasca tambang yang masih belum direklamasi secara menyeluruh.

"Reklamasi terhadap pasca tambang harus segera dipertanggungjawabkan tidak dibiarkan seperti sekarang ," tegas Ketua LSM Alim Kepri tersebut.

Serta kesepakatan pra tambang antara pemerintah dan pihak pengusaha tambang untuk melakukan penghijauan  masih belum jelas.

Hingga pada kenyataannya, kata Kherjuli, usai beroperasi tambang,  lahan pasca tambang tersebut tidak mendapatkan penghijauan dari kesepakatan awal.

"Lahan kritis itu seharusnya langsung ditanam detik ini dan juga tidak dibiarkan terlalu lama," tegasnya.

Sementara, anggaran untuk reklamasi atau penghijauan tersebut sudah ada tapi tegasnya, tidak dimanfaatkan.

"Seharusnya pemerintah memberikan deadline atau batasan jangka waktu kepada pihak pengusaha yang melakukan penambangan agar bisa segera melakukan penghijauan, " katanya.

LSM Alim Kepri juga meminta agar pemerintah bisa menekan pengusaha agar segera melakukan reklamasi.

"Pemerintah harus berani membuat trobosan tertentu, seperti mengambil alih reklamasi," ucap Kherjuli.

Tapi antara pemerintah dan pengusaha tambang, dinilainya kurang melakukan kewajiban mengatasi permasalahan tersebut.

"Ini yang sangat kita harapkan agar antara pemerintah bisa mengambil alih reklamasi, " katanya.

Kerena dampak pembiaran lahan pasca tambang itu papar Kherjuli, menimbulkan dampak buruk terhadap perubahan iklim, pemanasan global, kualitas oksigen dan daya dukung lahan terhadap air, mengingat akar pohon
memiliki fungsi menampung air.

Sementara upaya menyikapi kondisi lingkungan Kepri saat ini, LSM Alim Kepri tidak berpatokan pada
moment tertentu, tapi hingga saat di wawancara Antara, LSM tersebut mengaku sudah lama aktif melakukan penanaman pohon di seluruh Kepri, baik di Tanjungpinang maupun di Bintan.

"Kami juga memberikan edukasi kepada pelajar di sekolah-sekolah serta masyarakat tentang pentingnya pohon bagi kehidupan manusia dan alam," tuturnya.

Serta yang perlu diingatkannya kepada masyarakat bahwa pohon tidak bisa tumbuh dengan baik tanpa perawatan dan pemeliharaan.

Meskipun pada intinya sama-sama makhluk ciptaan Tuhan, tapi kata Kherjuli pohon yang ditanam harus melewati sebuah proses yang baik sehingga bisa tumbuh seperti yang diharapkan, bukan tumbuh dengan sendirinya.

Kondisi paling menyedihkan itu ucapnya ketika masa kampanye yang menjadikan pohon sebagai media untuk bersosialisasi.

Hal ini menimbulkan perumpamaan dan pertanyaan dalam benaknya bahwa, tentang jiwa kesadaran calon pemimpin kala itu terhadap kecintaan mereka pada pohon.

"Kuntilanak saja sayang kepada pohon, apalagi pemimpin kita," ucapnya.

Berlalunya masa kampanye kata Kherjuli tidak mengurangi derita pohon, bahkan saat ini badan usaha serta produk dan lain sebagainya terus memanfaatkan pohon sebagai media untuk beriklan gratis.

"Melihat hal ini kami pun tidak tinggal diam, dengan sukarela kami mencabut paku di pohon tersebut," tegasnya.

Untuk mangrove, pihaknya mengakui secara nasional dari kementrian lingkungan hidup menyatakan kerusakan mangrove mencapai 40 persen.

Sementara untuk kawasan Kepri, kondisi kerusakan mangrov masih belum  diperolehnya.

"Kalau kami perkirakan kerusakan mangrove di Bintan dan Tanjungpinang mengalami peningkatan dari sebelumnya," tegas Kherjuli.

Perkiraan tersebut disampaikannya mengingat terjadi perubahan fungsi lahan dan faktor lainnya.

Untuk itu, momentum peringatan hari pohon internasional dan Indonesia yang merupakan paru paru dunia diharapkannya agar masyarakat Indonesia pada umumnya serta Kepri pada khususnya tetap terus menanam pohon.

"Jangan pernah berhenti menanam pohon dari dini karena pohon memiliki banyak manfaat," pesan Kherjuli. (Antara)


Editor: Evy R. Syamsir

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE