Jakarta (ANTARA) - Hasil survei Y-Publica menunjukkan Pilpres 2024 berlangsung satu putaran, pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka menang dengan elektabilitas tercatat 50,2 persen.
"Majunya Gibran sebagai cawapres Prabowo mengerek elektabilitas hingga kemungkinan menang satu putaran," kata Rudi.
"Ganjar lebih memosisikan diri sebagai petugas partai alih-alih tokoh yang bisa bersikap lebih independen," terang Rudi.
Hasil survei elektabilitas partai....
Masih dalam hasil survei Y-Publica, disebutkan, elektabilitas Gerindra mengalami peningkatan signifikan sepanjang tahun 2023, hingga berpeluang menggeser dominasi PDIP.
“Elektabilitas Gerindra terus melejit hingga menyalip PDIP yang sebelumnya selalu menempati posisi unggul,” kata Direktur Eksekutif Y-Publica Rudi Hartono dalam keterangannya di Jakarta pada Sabtu.
Temuan survei Y-Publica menunjukkan elektabilitas Gerindra mencapai 18,6 persen, terpaut tipis dari PDIP yang kini sebesar 18,3 persen.
Kekuatan PDIP sempat anjlok pada survei bulan April setelah heboh penolakan kehadiran timnas Israel pada Piala Dunia U20, di mana Indonesia rencananya menjadi tuan rumah.
Perlahan elektabilitas PDIP kembali menguat, tetapi tidak cukup untuk menghadapi lonjakan Gerindra. Alhasil, Gerindra pun menyalip dan kemungkinan keluar menjadi pemenang pada Pemilu 2024 mendatang.
Menurut Rudi, melesatnya elektabilitas Gerindra ditunjang oleh tingginya dukungan publik terhadap Prabowo dalam ajang Pilpres.
“Gerindra paling menikmati coattail effect mengingat asiosasi yang kuat terhadap Prabowo sebagai figur ketua umum partai,” tandas Rudi.
Sebagai catatan, Gerindra dibentuk sebagai kendaraan politik Prabowo setelah kalah pada konvensi capres Golkar pada 2004 silam. Gerindra memulai debut pertama pada Pemilu 2009 di mana Prabowo maju sebagai cawapres mendampingi Megawati yang merupakan capres dari PDIP.
Koalisi antara PDIP dan Gerindra berlanjut pada Pilkada DKI Jakarta 2012 yang melesatkan Jokowi ke pentas nasional. Namun, perpecahan terjadi hingga PDIP dan Gerindra berhadap-hadapan selama dua kali pemilu, memunculkan pertentangan keras antara pendukung Jokowi dan Prabowo.
Polarisasi itu mulai mencair setelah Jokowi menawarkan rekonsiliasi dan menggandeng Prabowo masuk ke dalam pemerintahan usai Pemilu 2019 lalu.
“Dari rival selama dua kali pemilu, Prabowo berkembang menjadi sekutu kuat Jokowi pada perhelatan Pemilu 2024 saat ini,” tegas Rudi.
Rudi menjelaskan korelasi antara pilpres dengan pileg dibuktikan dengan kenaikan suara dan perolehan kursi Gerindra setelah dua kali pemilu, bahkan kini berpeluang kuat merebut peringkat pertama atau mengalahkan PDIP.
Sebaliknya PDIP yang sempat anjlok kini tampak mati-matian berusaha mempertahankan diri supaya tidak kembali melorot.
“Strategi kubu PDIP yang mengusung pencapresan Ganjar untuk menyerang Jokowi merupakan bagian dari upaya mengkonsolidasikan internal partai,” terang Rudi.
Terlebih lagi, lanjutnya, dengan masuknya putera sulung Jokowi yang kini menjabat walikota Solo, Gibran Rakabuming Raka, sebagai cawapres Prabowo, berpotensi menggerus kekuatan inti PDIP di Jawa Tengah yang selama ini digadang-gadang sebagai kandang banteng.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Survei Y-Publica: Prabowo-Gibran menang dengan suara 50,2 persen
Komentar