Tanjungpinang (ANTARA) - KPU Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) mencatat angka partisipasi pemilih untuk rata-rata lima jenis surat suara di Pemilu 2024 mencapai 83,5 persen, khusus pemilihan Presiden/Wakil Presiden mencapai 84,88 persen.
Ketua KPU Bintan Haris Daulay mengatakan, tingkat partisipasi pemilih tersebut diukur berdasarkan dari jumlah pengguna hak pilih dibagi jumlah daftar pemilih tetap (DPT) lalu dikali 100.
"Jumlah DPT kita 123.355 orang, sementara yang menggunakan hak pilih 104.689 orang, sisanya sekitar 20.666 orang tidak memilih," kata Haris di Bintan, Rabu.
Baca juga: Rapat pleno rekapitulasi suara tingkat Provinsi di Kepri minus Kota Batam
Haris mengatakan angka partisipasi pemilih Kabupaten Bintan di Pemilu tahun ini tergolong tinggi atau melebihi target nasional yang sebesar 81 persen.
Ia mengapresiasi masyarakat yang begitu antusias datang mencoblos ke TPS tanggal 14 Februari 2024, padahal pada hari tersebut terjadi curah hujan sejak pagi hingga siang hari.
"Antusiasme pemilih yang tinggi, juga menandakan keberhasilan pelaksanaan Pemilu 2024 di Bintan," ujarnya.
Haris menyampaikan, tingginya partisipasi pemilih tidak terlepas dari upaya sosialisasi ajakan memilih yang dilakukan KPU, mulai dari melalui sarana sosial media, hingga turun langsung ke sekolah-sekolah guna menggaet pemilih pemula.
Di samping itu, ada juga peran serta pemerintah daerah, kepolisian, TNI dan semua stakeholder terkait yang gencar mengimbau masyarakat agar jangan sampai golput pada Pemilu 2024.
Baca juga: Bawaslu RI pertanyakan keputusan KPU hilangkan diagram perolehan suara Sirekap
Demikian pula dengan peserta Pemilu atau calon legislatif yang aktif turun ke tengah-tengah masyarakat dalam kaitannya kegiatan kampanye sekaligus mengajak masyarakat mencoblos ke TPS.
"Sehingga, masyarakat antusias datang ke TPS, karena mereka sudah punya calon pilihan. Biasanya yang tidak datang ke TPS itu dipicu tidak punya calon pilihan," ungkap Haris.
Haris turut menyinggung terkait adanya 20.666 pemilih di Bintan yang tidak menggunakan hak suaranya di Pemilu 2024. Menurutnya hal ini rata-rata disebabkan pemilih bersangkutan memang apatis atau tidak peduli dengan Pemilu, kemudian kurangnya pemahaman tentang Pemilu, serta terkendala jarak hingga membuat pemilih enggan datang ke TPS.
"Kami pun kesulitan melakukan sosialisasi Pemilu terhadap pemilih apatis. Di sisi lain, sosialisasi yang dilakukan mungkin belum mampu menembus semua lapisan masyarakat, misalnya terkendala jarak," demikian Haris.
Baca juga:
KPU Riau ambil alih kewenangan 11 KPU kabupaten/kota
KPU RI ungkap penyebab diagram perolehan suara dalam Sirekap mendadak hilang
Komentar