Bintan (Antara Kepri) - Pengusaha jamur tiram Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau sulit berkembang lantaran masih menggunakan peralatan produksi manual.
Salah satu pengusaha jamur tiram Bintan, Zulkifli, di Kampung Pisang, Kelurahan Kijang Kota, Kecamatan Bintan Timur, Senin mengatakan peralatan tradisional yang digunakan menyebabkan produktivitas jamur tiram tidak maksimal.
"Kami juga membutuhkan suntikan modal usaha agar lebih berkembang," katanya saat ditemui Antara di tempat usahanya.
Pengusaha muda yang baru setahun menggeluti usaha jamur tiram itu menghabiskan waktu dan energi yang besar karena peralatan yang digunakan masih manual.
Ia berharap pemerintah turut membantu mengembangkan usahanya, apalagi jamur tiram cukup diminati masyarakat Bintan dan Tanjungpinang, bahkan masyarakat luar negeri.
Saat ini, meski memiliki keterbatasan modal usaha, ia dapat memiliki delapan tenaga kerja.
"Permasalahan yang mendasar pada produktivitas usaha jamur adalah mesin produksi. Saya pernah mengajukan kepada Pemerintah Kabupaten Bintan, tapi sampai sekarang tidak ada tanggapan," kata Zainal.
Zulkifli menambahkan, apabila pemerintah dapat memberikan bantuan berupa modal usaha ataupun alat produksi, usaha jamur tiram ini mampu menyerap sedikitnya 30 pekerja. Bahkan pasar penjualan jamur tiram ini akan diperluas hingga ke Singapura dan Hongkong.
"Selain memenuhi kebutuhan lokal, pengusaha dari Singapura dan Hongkong yang siap menampung semua hasil panen," kata Zainal.
Menanggapi permasalahan itu, Satuan Pelajar Mahasiswa Pemuda Pancasila (Sapma PP) Kabupaten Bintan meminta pemerintah setempat maupun pemerintah pusat memperhatikan pelaku Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Pengusaha tiram di Bintan, satu dari puluhan pelaku UMKM yang mengeluh karena pemerintah kurang memperhatikan mereka.
"Kami dari SAPMA PP Bintan telah turun langsung ke lapangan melihat serta beraudensi dengan sejumlah pelaku usaha kecil. Mereka sangat butuh bantuan serta keterlibatan pemerintah dalam menjalankan serta mengembangkan usaha mereka," kata Ketua Sapma PP Bintan Sutriono.
Menurut dia, bantuan yang diberikan pemerintah kepada pelaku usaha kecil tersebut masih minim. Hal itu dapat dilihat dari UMKM di Bintan yang rata-rata lambat berkembang, meskipun berada di kawasan yang strategis.
Pelaku usaha kecil dan menengah membutuhkan suntikan modal untuk meningkatkan usahanya.
"Permasalahan yang mendasar yaitu pengadaan alat produksi yang diluar jangkauan para pelaku UMKM," ujarnya.
Sementara Kadisperindag Kabupaten Bintan Dian Nusa mengatakan tidak ada bantuan untuk pelaku UMKM di Kabupaten Bintan pada tahun ini, hanya saja pihaknya tengah melakukan pendataan usaha mikro masyarakat.
"Tidak ada bantuan tahun 2017 di APBD, kami hanya mendata," katanya yang baru menjabat sekitar dua bulan di Disperidag Kabupaten Bintan.
Ia mengatakan, jenis bantuan yang diinginkan pelaku UMKM itu tidak dialokasikan dalam APBD tahun 2017.
"Bantuan apa ini, tidak ada anggrannya di APBD 2017. Kalau mau bantuan di Kredit Usaha Rakyat atau LPBB, bunganya kecil," kata dia.(Antara)
Editor: Niko
Komentar