Lingga (ANTARA) - Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau menyatakan anggaran pengelolaan pertanian padi di daerah berjuluk Bunda Tanah Melayu bersumber dari anggaran pusat.
Kepala Distan dan Ketahanan Pangan Lingga Siswadi, di Dabo Singkep, Lingga, Jumat, mengatakan percetakan sawah, pembibitan padi di daerah tersebut menggunakan anggaran dari Kementan, sementara sarana dan prasarana irigasi akan dibangun Kementerian PUPR.
Sementara anggaran untuk pengadaan pupuk dialokasikan Pemkab Lingga dan Kementan.
"Sawah padi ini buah kerja sama Pemkab Lingga, Korem dan Kementan," katanya.
Siswadi membeberkan sembilan desa di Lingga telah memiliki sawah yang cukup luas, yang dikelola kelompok tani. Di Desa Panggak Darat terdapat empat kelompok tani yakni Tunas Muda, Tunas Jaya, Tunas Karya dan Sumber Rezeki. Masing-masing kelompok tani mengelola sawah seluas 34,5 hektare, kecuali Sumber Rezeki 31,5 hektare. Sawah tersebut dicetak tahun 2017.
Kelompok Tani Usaha Baru, Harapan Baru, Usaha Mandiri dan Karya Tani mengelola sawah di Desa Panggak Laut. Sawah seluas 36-39 hektare dicetak tahun 2017.
Di Desa Nerekeh ada tiga kelompok tani yakni Parit I, Parit II dan Parit III, yang mengelola sawah yang dicetak tahun 2017 seluas 29-30 hektare.
Desa Resang terdapat empat kelompok petani yakni Bestari I, Bestari II, Bestari III dan Bestari IV, yang mengelola sawah yang dicetak sejak 2016-2017 seluas 49-70 hektare.
Di Desa Marok Kecil hanya ada Kelompok Tani Langkap Jaya I, yang mengelola sawah yang dicetak tahun 2017 seluas 70 hektare.
Kelompok Tani Jatayu dan Pangestu di Desa Bukit Langkap mengelolah sawah yang dicetak tahun 2016 seluas 45 hektare di Desa Bukit Langkap.
Kelompok Tani Berkah Jaya, Penuh Berkah dan Hijau Berdaun di Desa Sungai Besar mengelola sawah yang dicetak tahun 2018 seluas 87,5 hektare.
Kelompok Tani Jaya dan Makmur di Desa Lanjut mengelola sawah yang dicetak tahun 2018 seluas 32,15 hektare.
Kelompok Tani Suka Damai dan Suka Tani di Desa Kerandin mengelola sawah yang dicetak tahun 2018 seluas 91,3 hektare.
"Total luas sawah di Lingga 978,45 hektare," katanya.
Sawah yang sudah produksi padi tahun 2016-2018 seluas 75,24 hektare, tahun 2019 mengalami penurunan menjadi 47,01 hektare, dan Januari-Agustus tahun 2020 hanya 29,01 hektare.
Padahal sawah yang sudah ditanam bibit padi tahun 2016-2018 seluas 943, 95 hektare, sedangkan tahun 2019 seluas 85, 5 hektare, dan Januari-Aguatus tahun 2020 seluas 44,60 hektare.
Sementara sawah yang sudah memproduksi padi pada 2016-2018 seberat 105,89 ton, tahun 2019 seberat 94,02 ton dan Januari-Agustus 2020 seberat 87,03 ton.
"Lama produksi atau panen rata-rata empat bulan," ungkapnya.
Kepala Seksi Sarana Prasarana Distan dan Ketahanan Pangan Lingga, Ahmad Zahari mengatakan Alias Wello memiliki keberanian ketika memimpin Lingga selama hampir lima tahun. Keberanian itu terlihat ketika Wello membangun percetakan sawah di sejumlah kawasan sebelum membangun irigasi.
Untuk membangun persawahan itu ada dua kementerian yang menanganinya. Kementan membangun sawah, pembibitan hingga pupuk, sedangkan Kementerian PUPR untuk membangun sarana irigasi.
"Jika menunggu pembangunan irigasi, kemungkinan rencana membuat petakan sawah tidak terlaksana," katanya.
Ia tidak membantah sawah-sawah yang terbentang luas di sejumlah kawasan tidak terurus. Kondisi itu disebabkan para kelompok tani terpaksa meninggalkan pekerjaan itu saat musim hujan dan kemarau panjang.
"Kalau musim hujan, sawah banjir. Kalau kemarau, sawah kering. Ini yang menyebabkan mereka meninggalkan sawah," ujarnya.
Komentar