Mahasiswa Perbatasan Jangan Hanya Jadi Penonton

id Mahasiswa,Perbatasan,Jangan,Penonton,ekonomi,kepri

Tanjungpinang (Antara Kepri) - Mahasiswa di kawasan perbatasan jangan hanya jadi penonton, melainkan harus meningkatkan kualitas pendidikan dan keterampilan.

Pengamat perbatasan dari Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Sayed Fauzan Riadi dalam seminar bertema Kepri Sebagai Wilayah Strategis Indonesia di Tanjungpinang, Sabtu, mengatakan, belajar sambil meningkatkan ketrampilan saat berkuliah. Setelah diwisuda, mahasiswa harus siap bekerja atau membuka usaha.

Menurut dia, wilayah Kepri sangat strategis, karena berbatasan dengan beberapa negara maju yakni Singapura dan Malaysia. Kepri juga memiliki potensi kelautan yang besar, namun belum digarap secara maksimal.

Salah satu penyebabnya, sumber daya manusia yang kurang kompetitif dan kebijakan pemerintah yang belum konsisten di sektor perekonomian.

Kepri memiliki banyak tenaga kerja, namun belum mampu bersaing dengan sumber daya manusia di Singapura maupun Malaysia. Padahal dahulu kedua negara tersebut belajar dari Kepri.

Mahasiswa ketika tamat kuliah bingung mau bekerja di mana. Kegalauan itu disebabkan tidak percaya diri karena keterbatasan nilai dan kemampuan.

"Dahulu Kepri lebih maju dan berkembang dibanding Malaysia dan Singapura, tetapi sekarang kondisi berubah," ujarnya di hadapan ratusan mahasiswa dan pengusaha yang menjadi peserta dalam seminar yang digelar di SMKN 2 Tanjungpinang.

Sayed berpendapat masyarakat Kepri di usia produktif, termasuk mahasiswa yang baru lulus kuliah harus bertekad, menjadikan dirinya manusia yang berkualitas, siap berkompetisi menangkap peluang kerja dan mampu membuka usaha.

Kualitas dari sumber daya manusia harus dibuktikan dengan sertifikat, bukan hanya sekadar memiliki ketrampilan tertentu.

"Sertifikasi ketrampilan itu dibutuhkan jika ingin bekerja di tempat yang layak," katanya.

Menurut dia, pengelolaan potensi kelautan bukan pekerjaan yang mudah. Butuh keseriusan pemerintah mempersiapkan perencanaan, anggaran, sumber daya manusia dan regulasi yang kuat agar tidak salah dalam mengelolanya.

Tetapi yang paling penting dalam membangun pondasi awal perekonomian di kawasan perbatasan yakni pembangunan infrastruktur dasar, seperti listrik, air dan fasilitas umum. Kondisinya sekarang, berbagai daerah di Kepri masih kesulitan air dan listrik.

"Jangan bicara ekonomi perbatasan kalau infrastruktur dasar belum terbangun secara maksimal," katanya.

Narasumber lainnya, Sekretaris Umum Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia Kepri Kartika Kusuma Astuti mengatakan, potensi perairan di wilayah tersebut belum dikelola maksimal. Hal itu disebabkan pemerintah kurang fokus mengelolanya dan sumber daya manusia yang masih lemah.

"Laut merupakan kekayaan, yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat. Tetapi sekarang yang terjadi sumber daya perairan kita malah lebih banyak dimanfaatkan asing, seperti pencurian ikan dan pertambangan migas di Natuna untuk kepentingan Singapura," katanya.

Kartika mengemukakan, nelayan identik dengan kemiskinan. Padahal masyarakat Kepri yang tinggal di pesisir bekerja sebagai nelayan.

Seharusnya, kata dia, perekonomian nelayan di Kepri lebih baik karena wilayah ini memiliki ikan dan kekayaan hayati lainnya. Nelayan tidak mampu meningkatkan pendapatannya karena tidak bisa lepas dari tengkulak, lalu nelayan pasrah.

"Sebagian nelayan seperti pasrah, yang penting bisa makan," katanya.

Dia mengatakan, Kepri seharusnya menjawab tantangan pasar. Hari ini pasar membutuhkan teripang emas atau gamat emas untuk diolah menjadi makanan dan produk lainnya.

Teripang emas hanya ada di Kabupaten Bintan, dan kualitasnya terbaik di Indonesia.

Di Kepri juga ada hewan khas yakni gonggong. Hewan laut itu seharusnya dikembangkan untuk menjawab permintaan pasar.

"Bukan hanya diambil dan dikonsumsi tetapi juga dibudidaya sehingga dapat diekspor. Daging gonggong dapat dikalengkan. Ada permintaan pasar internasional, daging gonggong seberat 100 kg per hari," katanya. (Antara)

Editor: Rusdianto

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE