Polda Kepri Sosialisasi Perlindungan Anak dan Paham Radikalisme

id polda,kepri,sosialisasi,perlindungan,anak,paham,radikalisme

Disinilah perlu kami tegaskan bahwa ISIS hanyalah buah dari konflik politik domestik Irak-Suriah yang tidak ada kaintannya dengan faktor keagamaan
Batam (Antara Kepri) - Kepolisian Daerah Kepulauan Riau (Polda Kepri) melakukan sosialisasi Perlindungan Anak dan Pencegahan Paham Radikalisme serta Idiologi Pancasila di Ballroom Hotel Allium, Batam.

"Kegiatan ini bertujuan untuk menghimpun dan menginventarisir ide, gagasan dan cara pandang," kata Wakil Kepala Polda Kepri Brigjen Didi Haryono, di Batam, Senin.

Sehingga kata Didi, diharapkan tercapainya satu kesepakatan pola yang terbaik bagi generasi muda dalam mengantisipasi paham radikalisme dan ideologi anti pancasila.

Polda Kepri lanjut dia, berharap seluruh elemen masyarakat bahu membahu bersama Polri menjalin kemitraan agar dapat terwujud melalui kerja sama dan saling bersinergi untuk mencegah berkembangnya paham radikalisme yang dapat terdeteksi dan dicegah sejak dini pada generasi muda.

"Salah satu tantangan nyata bagi keutuhan dan kesatuan bangsa ini adalah terorisme," ujar dia.

Didi mengatakan, terorisme tidak hanya menimbulkan kerugian material dan nyawa saja, tapi juga menciptakan rasa takut di masyarakat.

"Terorisme juga telah mengoyak keutuhan berbangsa dan bernegara dan membuat kita saling curiga serta saling memusuhi," jelas Didi.

Selain itu papar Didi, terorisme juga telah mencabik ikatan persaudaraan dan nilai-nilai toleransi yang menjadi kultur budaya bangsa.

"Perlu dipahami bersama bahwa ancaman terbesar terorisme bukan hanya terletak pada aspek serangan fisik yang mengerikan, tetapi justru serangan propaganda yang secara masif menyasar pola pikir," ujar dia.

Didi menuturkan, salah satu kelompok teroris yang sangat meresahkan adalah kelompok yang mengatasnamakan diri Islamic State Of Iraq And Syiria(ISIS).

"Pengaruh propaganda dan agitasi yang bernuansa kekerasan, permusuhan, penghasutan dan ajakan untuk berbagung telah banyak menyasar masyarakat, terlebih sasaran target mereka yang sangat rentan adalah kalangan generasi muda," kata dia.

Didi melanjutkan, ISIS telah menjadi kekuatan terorisme global baru yang lebih menakutkan dari jaringan Al-Qaeda. Selain melakukan aksi-aksi brutal, ISIS sangat berbahaya karena kemampuannya menjaring para pejuang asing (Foreign Terrorist Fighter) dari berbagai negara, tidak terkecuali dari Indonesia.

ISIS kata Didi, pada mulanya hanyalah kekuatan milisi nasional di Irak yang muncul akibat konflik politik di dalam negeri pasca pemerintah Saddam Hussein. Namun kini menjelma menjadi kekuatan transnasional yang menakutkan beberapa negara.

"Disinilah perlu kami tegaskan bahwa ISIS hanyalah buah dari konflik politik domestik Irak-Suriah yang tidak ada kaintannya dengan faktor keagamaan," tegas Didi.

Ia menjelaskan yang membuat ISIS menjadi gerakan global dan menarik simpati dari berbagai negara, karena mereka telah membungkus perjuangan politiknya dengan tipu daya perjuangan keagmaan melalui deklarasi berdirinya khilafah.

"Gerakan politik lokal ISIS ini nyata menggunakan topeng agama dalam rangka menarik simpati dan dukungan secara global," kata dia. Sehingga sangat disayangkan banyak kalangan generasi muda terperdaya rayuan ISIS. Baik karena motivasi keagamaan, ekonomi, pencarian identitas maupun motivasi lainnya.

Selain pola penyebaran propaganda konvensional kata Didi, ISIS dikenal sebagai kelompok teroris yang cerdas memanfaatkan kekuatan teknologi dan informasi internet, khususnya media sosial.

"Media sosial dijadian sebagai alat propaganda sekaligus rekrutmen keanggotaan dan secara faktual banyak sekali anak muda yang bergabung dengan isis akibat pengaruh propaganda dan jejaring pertemuan di media
online," ucap dia.(Antara)

Editor: Dedi

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE