Danlanud Tanjungpinang Serahkan Keramik Selundupan ke Pemko

id Danlanud Tanjungpinang, Serahkan Keramik, Selundupan ke Pemko

Danlanud Tanjungpinang Serahkan Keramik Selundupan ke Pemko

Danlanud Tanjungpinang Serahkan 79 Keramik Antik Selundupan ke Pemko. (antarakepri.com/Saud MC)

Tanjungpinang (Antara Kepri) - Sebanyak 79 keramik antik hasil tangkapan penggagalan penyelundupan, diserahkan Danlanud Tanjungpinang, Letkol Penerbang I Ketut Wahyu Wijaya kepada Pemko Tanjungpinang.

"Yang jelas, barang antik tersebut kami serahkan kepada negara, dalam hal ini diwakili oleh pemerintah kota Tanjungpinang," kata Danlanud Tanjungpinang, Letkol Penerbang I Ketut Wahyu Wijaya.

Digagalkannya penyelundupan benda bersejarah yang menggunakan penerbangan Lanud AU Tanjungpinang dengan tujuan Palembang -Jakarta tersebut terjadi pada Rabu (19/11)  kemarin, menurutnya, tidak ada hubungan antara Lanud AU Tanjungpinang dengan 2 orang penyelundup tersebut, meskipun dalam aksinya pihak penyelundup akan menggunakan pesawat AU Tanjungpinang.

"Tidak ada hubungan kedekatan bahkan kami sama sekali tidak kenal,"tegasnya.

Dijelaskannya bahwa, pesawat AU memiliki rute penerbangan yang membantu akses masyarakat ke daerah sekitar,
seandainya ada masyarakat yang membutuhkan bantuan angkutan AU bersedia membantu.

"Sebelum naik ke pesawat, semua barang kita periksa. Sehingga, tertangkapnya aksi penyeludupan itu dari hasil
pemeriksaan sebelum naik ke pesawat, dan pelaku langsung diserahkan ke kepolisian," paparnya.

Dari info dinas pariwisata sambungnya, barang antik tersebut akan diselundupkan dan dipasarkan ke Jepang.

Adanya penyeludupan barang antik membuktikan bahwa  dulunya menurut Letkol Penerbang I Ketut Wahyu Wijaya,
Kepri merupakan Jalur Sutra perdagangan yang tentunya masih banyak lagi benda bersejarah lainnya di wilayah
Provinsi Kepri.

"Sangat disayangkan juga karena ada ribuan benda bersejarah  kita yang berada di negara lain seperti di Belanda, Inggris, Rusia, Singapura dan Malaysia," paparnya.

Atas kejadian ini, ia pribadi baru mengetahui makna kata Bung Karno agar 'jangan melupakan sejarah' yang
diartikannya bahwa penjajahan dimasa lalu juga terjadi sekarang namun dalam bentuk penjajahan ekonomi, politik
dan perdagangan.

"Kita berharap, ini bisa menjadi momentum agar lebih konsen terhadap kelestarian budaya," tegasnya.

Walikota Tanjungpinang, Lis Darmansyah yang merupakan wakil negara dalam penerimaan penyerahan 79 kramik antik tersebut, memberikan apresiasi tinggi terhadap Lanud AU Tanjungpinang karena telah berhasil menyelamatkan barang bersejarah.

"Ini melambangkan bahwa Kepri pada umumnya dan Tanjungpinang pada khususnya merupakan jalur
perdagangan sutra yang potensi," ucap Lis.

Barang bersejarah yang diserahkan hari ini dan tentunya memiliki dayatarik bagi kolektor barang antik tersebut
menurut Lis,  masih dalam jumlah kecil dan tentunya masih banyak lagi benda antik lainya yang masih diburu serta
dikoleksi negara asing.

"Ini akan kita koleksi di museum, tahun depan ada apresiasi kepada masyaralat maupun ahliwaris yang menyimpan dan menyumbangkan ke Pemerintah Kota Tanjungpinang," paparnya.

Menurut Lis, pemerintah bersedia memfasilitator bagi masyarakat yang  menyimpan maupun yang menyumbangkan
kepada pemerintah agar benda antik tersebut bisa dijaga dengan baik.

Bahkan untuk melestariakn budaya menurut Lis, Pemko Tanjungpinang tiap tahun membeli benda sejarah tersebut,
tapi mengingat kemampuan yang terbatas sehingga pembelian secara massal tidak dilakukan.

Diwawancara terpisah, Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Tanjungpinang, Juramadi Esram mengaku dengan 79 keramik antik tersebut, koleksi di Museum Kota Tanjugnpinang mencapai 2000 lebih ragam benda
sejarah.

"Benda bersejarah ini kita pelihara dan  ini akan menjadi objek yang bisa kita pemerkan kepada masyarakat," kata Esram.

Bagi masyarakat yang memiliki barang antik bersejarah serta bagi para kolektor lokal yang hobi menjual banda bersejarah ke negara asing, pihaknya menghimbau, agar untuk diserahkan kepada negara karena, benda tersebut
merupakan cagar budaya dan dilindungi oleh nagara.

"Kalau memang ada biaya gantiruginya, tentu akan kita bicarakan, " ucap Esram. (Antara).

Editor: Evy R. Syamsir

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE