Daya Beli Petani Kepri Meningkat Sedikit

id daya, nilai, tukar, beli, petani, kepulauan, riau, statistik, naik

Daya Beli Petani Kepri Meningkat Sedikit

Kepala BPS Kepri Said Syafri. (kepri.antaranews.com/Nikolas Panama),

Tanjungpinang (ANTARA News) - Badan Pusat Statistik menyatakan daya beli petani di Provinsi Kepulauan Riau pada Oktober 2010 meningkat sedikit ketimbang pada bulan sebelumnya.

Berdasarkan hasil pemantauan harga kebutuhan petani di pedesaan pada Oktober 2010 tercatat nilai tukar petani mengalami kenaikan 0,68 persen atau naik dari 100,72 menjadi 101,40, kata Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau (BPS Kepri), Said Syafri,  di Tanjungpinang, Minggu.

Nilai tukar petani merupakan salah satu indikator daya beli dan daya tukar petani terhadap barang dan jasa di pedesaan.

"Semakin tinggi nilai tukar petani, maka secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani," ujar Said.

Ia mengatakan, dari lima subsektor pada Oktober 2010, tercatat empat subsektor mengalami kenaikan nilai tukar petani (NTP), yaitu subsektor tanaman bahan makanan sebesar 1,97 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,88 persen, subsektor peternakan sebesar 0,61 persen dan subsektor perikanan  sebesar 0,41 persen.

"Sebaliknya NTP subsektor hortikultura justru mengalami penurunan sebesar 0,03 persen," ujarnya.

Indeks harga yang diterima petani menunjukkan perkembangan harga dari beragam komoditas hasil pertanian yang dihasilkan petani.

Pada Oktober 2010 indeks harga yang diterima petani di Kepri mengalami kenaikan sebesar 0,52 persen dibandingkan dengan indeks harga yang diterima petani pada September 2010, yaitu naik dari 121,46 menjadi 122,09.

Kenaikan indeks harga yang diterima petani terjadi pada subsektor tanaman bahan makanan  1,75 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat 0,73 persen, subsektor peternakan  0,51 persen dan subsektor perikanan 0,29 persen.

Sebaliknya indeks yang diterima petani pada subsektor hortikultura justru mengalami penurunan yaitu sebesar 0,23 persen.

"Kenaikan indeks harga yang diterima petani tertinggi terjadi pada subsektor tanaman bahan makanan yang disebabkan oleh kenaikan harga komoditas ketela pohon dan ketela rambat," ungkapnya.

Sementara indeks harga yang dibayar petani dapat dilihat melalui fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pedesaan serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Pada Oktober 2010, kata dia, tercatat indeks harga yang dibayar  petani mengalami penurunan sebesar 0,15 persen dibanding September 2010, atau turun dari 120,59 menjadi 120,41.

Penurunan tersebut terjadi pada semua subsektor, yaitu subsektor tanaman bahan makanan sebesar 0,21 persen, subsektor hortikultura sebesar 0,20 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,15 persen, subsektor peternakan sebesar 0,10 persen dan subsektor perikanan sebesar 0,12 persen.

"Penurunan indeks harga yang dibayar petani terbesar terjadi pada subsektor tanaman bahan makanan yang disebabkan oleh turunnya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,30 persen," ujarnya. (ANT-NP/A013/Btm1)

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE