Pakar: Suara Etnis Tionghoa Tidak Solid

id Pakar,politik,pilkada,Suara, Etnis, Tionghoa, Tidak, Solid,zamzami,stisipol,tanjungpinang,pilkada,wali,kota,rudy,chua,hendry,frankim

Tanjungpinang (ANTARA Kepri) - Suara etnis Tionghoa tidak solid karena tersebar pada empat pasang calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tanjungpinang.

Penilaian itu dilontarkan pakar politik, Zamzami A Karim, yang juga Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Raja Haji, Selasa.

"Masing-masing kandidat memiliki pendukung dari kalangan etnis Tionghoa, karena itu suaranya kemungkinan tidak solid," ujar Zamzami.

Menurut dia, jumlah pemilih dari kalangan etnis Tionghoa cukup banyak di Tanjungpinang. Diperkirakan jumlah pemilih dari kalangan etnis Tionghoa sekitar 25 persen.

Berdasarkan data Dinas Kependudukan Tanjungpinang jumlah pemilih sementara yang akan diverifikasi lembaga penyelenggara pilkada sebanyak 157.293 orang.

Jika suaranya solid, maka dapat mempengaruhi hasil pilkada terhadap perolehan suara kandidat tertentu secara signifikan. Namun suara etnis Tionghoa tidak hanya tertuju pada Hendry Frankim, bakal calon wali kota dan Rudy Chua, bakal calon wakil wali kota, melainkan juga kepada Maya Suryanti dan Lis Darmansyah.

Frankim berpasangan dengan Yusrizal, sementara Rudy mendampingi Husnizar pada pilkada 31 Oktober 2012. Kondisi yang terjadi sekarang, kata dia, pencalonan Frankim dan Rudy tidak serta-merta dapat meraup suara secara signifikan dari kalangan etnis Tionghoa.

"Empat pasang yang bertarung pada pilkada memiliki 'pengikut' dari kalangan etnis Tionghoa sehingga tidak ada jaminan suara dari kalangan etnis Tionghoa itu Frankim dan Rudy, lantaran kedua figur itu merupakan tokoh dari kalangan etnis Tionghoa," ujarnya.

Kondisi yang sama juga terjadi pada kelompok kepentingan lainnya, seperti kelompok etnis, kelompok perempuan, buruh, nelayan dan pedagang. Masing-masing kandidat berupaya mendapatkan dukungan dari kelompok kepentingan.

"Kelompok kepentingan ada di empat bakal calon wali kota dan wakil wali kota," ujarnya.

Zamzami berpendapat, suara kelompok kepentingan terpecah-pecah karena belum adanya calon yang menonjol. Menonjol dalam arti telah berbuat banyak untuk kepentingan masyarakat.

Jika ada salah seorang figur yang menarik perhatian publik, seperti Joko Widodo, Wali Kota Solo yang mencalonkan diri pada Pilkada DKI Jakarta, maka suara kelompok kepentingan akan lebih solid.

"Kami melihat calon yang muncul biasa-biasa saja, tidak ada yang luar biasa dan terlalu menonjol," katanya. (KR-NP/H-KWR)

Editor: Rusdianto

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE