Tanjungpinang (Antaranews Kepri) - Pulau Bawah, Kabupaten Kepulauan Anambas merupakan destinasi wisata yang mewah, kata Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kepulauan Riau, Buralimar.
"Nginap semalam untuk satu kamar di Pulau Bawah mencapai Rp60 juta. Jadi benar-benar wisatawan yang memiliki banyak uang nginap di tempat wisata ini," ujarnya di Tanjungpinang, Minggu.
Ia mengaku pernah bermalam di pulau itu. Pulau itu jauh dari keramaian.
"Satu malam yang sangat sepi di pulau itu, tetapi memang indah," ujarnya.
Nama Pulau Bawah kembali jadi perbincangan masyarakat Indonesia, khususnya Kepri setelah peristiwa Pesawat Airfast mendarat darurat di perairan dekat lokasi rekreasi keluarga, Ocarina Kota Batam pada Sabtu siang (11/3). Pesawat jenis ampibi ini membawa 10 penumpang, dan dua orang kru.
Berdasarkan catatan Antara, beberapa tahun lalu isu kepemilikan Pulau Bawah juga sempat heboh. Pulau Bawah saat itu diduga dikuasai oleh pengusaha asing.
Menanggapi isu tersebut, Buralimar menegaskan bahwa pulau yang indah itu dikuasai oleh warga sekitar. Namun tempat wisata pulau itu dikelola oleh pengusaha asal Inggris.
Baca: Investor Tanamkan Rp1,5 Triliun Kelola Pulau Bawah
Pulau itu baru sekitar tiga tahun dikelola menjadi tempat wisata. Alat transportasi yang digunakan wisatawan, yang mayoritas warga asing yakni pesawat kecil. Pesawat ini yang membawa penumpang dari Batam menuju Pulau Bawah maupun sebaliknya.
Buralimar mengatakan, tidak efektif menggunakan kapal menuju pulau tersebut, karena membutuhkan waktu yang lama dan berhadapan dengan gelombang laut yang tinggi. Karena itu, pihak pengelola Pulau Bawah menggunakan pesawat sebagai alat transportasi.
"Tidak mungkin pengusaha asing menguasai pulau itu," tegasnya.
Dari Batam dilaporkan, Direktur Badan Usaha Bandar Udara (BUBU) Internasional Hang Nadim Batam Suwarso mengatakan, Pesawat Airfast tersebut bertolak dari Pulau Bawah Kabupaten Anambas tujuan Bandara Hang Nadim Batam.
Baca: Pesawat Airfast mendarat darurat di laut
"Sebelum melakukan pendaratan darurat sudah dicoba untuk melakukan perbaikan, tapi tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat," katanya.?
Karena tidak menemukan jalan keluar, sang pilot, kata Suwarso, mencari alternatif tempat terdekat untuk mendarat.?
Menurut Suwarso, pilot menyampaikan bahwa ada dua tempat yang akan dituju melalui menara pengawas udara atau "Air traffic Control " yaitu Ocarina dan Marina di Sekupang. Setelah melihat dari ketinggian, pilot memilih untuk mendarat di Ocarina.
"Dengan alasan tidak terlalu ramai dan ada teluk sehingga bisa masuk ke dalam apabila ada ombak besar," katanya.??
Pesawat Airfast tersebut, kata Suwarso, merupakan jenis ampibi dan bisa melakukan pendaratan di air.
"Dia mendarat di Ocarina sekitar pukul 13.20 WIB," katanya.
Pesawat itu membawa sekitar 10 penumpang dan dua kru. Seluruhnya, bisa divakuasi dan selamat.
Suwarso menambahkan pesawat Airfast tersebut sudah dua bulan beroperasi dengan rute Hang Nadim-Pulau Bawah. Saat ini, katanya, seluruh penumpang sudah bertolak ke Singapura.?
"Penumpang ada ada dari beberapa negara seperti Singapura, Australia, Amerika dan ada dari Afrika, dan mereka semuanya berkumpul di Singapura," ujarnya.
Saat ini, pesawat itu sudah tidak berada di perairan dekat Ocarina.
Editor: Rusdianto
Komentar