Di Natuna harga cengkeh stabil di angka Rp60 ribu

id Natuna, cengkeh, harga cengkeh, panen cengkeh, petani cengkeh

Di Natuna harga cengkeh stabil di angka Rp60 ribu

Cengkeh hasil panen warga saat proses pengeringan, Ranai, Natuna, Kepri, Sabtu (25/1). (Antara Kepri/Cherman)

Natuna (ANTARA) - Harga cengkeh musim panen di Natuna masih stabil pada harga Rp60.000 untuk cengkeh kering dan Rp16.000 untuk harga basah. 

Menurut pengepul, hal itu biasa terjadi jika pada awal panen seperti sekarang ini, harga akan beranjak naik jika pascapanen.

"Sekarang harga turun, basah cuma 16 ribu, dulu 25 ribu hingga 30, tahun ini yang kering aja cuma 50 sampai dengan 60 ribu, tahun sebelumnya lagi bisa mencapai harga 100 ribu hingga 130 ribu," kata pengepul cengkeh, Syamsinar kepada Antara di Ranai, Natuna, Sabtu.

Lanjutnya, saat ini masih suasana panen, mereka hanya pengepul tidak bisa menentukan harga, karena di Natuna hanya memiliki satu pembeli untuk seluruh Natuna.

"Bos besar di Natuna cuma satu, Nato, harga tergantung bos lah," kata dia.

Selanjutnya, dari sudut pandang para pemilik kebun cengkeh juga mengatakan hal yang sama, harga cengkeh di Natuna tidak akan bisa naik lebih tinggi, jika hasil panen dihitung dapat memenuhi target kuota yang dibutuhkan para pengusaha.

"Jika buah cengkeh lebat, harga pasti turun, tetapi kalau sedikit meskipun di awal panen harga pasti lumayan," kata Johar, petani cengkeh Limau Manis, Bunguran Timur Laut.

Tetapi menurutnya, meskipun tahun ini cengkeh tidak berbuah lebat dari tahun sebelumnya, namun hasil panen secara keseluruhan untuk wilayah Bunguran meningkat. 

"Punya saya tidak sebanyak tahun lalu, tetapi yang lain banyak, tambah lagi tahun ini jumlah kebun cengkeh sudah bertambah dari sebelumnya," jelasnya.

Hasil panen, Ia memperkirakan untuk tahun ini paling banyak 800 kilogram, jauh menurun dari tahun lalu hingga 1, 2 ton  basah.

"Bersih mencapai 300 kg kering untuk satu hektar lebih , jika dengan lokasi lain total ada ratusan pohon, cuma kan milik saya ‘misah-misah’ tidak ada satu tempat," kata Johar.

Kelemahan lain juga menurut Johar, para petani cengkeh terbebani dengan biaya upah panen dan biaya perawatan.

"Kita tidak bisa simpan itu cengkeh, langsung jual, karena mau bayar pemanjat dan upah tebas, jadi harus dijual, berapapun harganya," ungkapnya.

Lebih parah lagi, menurut dia saat ini pemilik kebun kekurangan tenaga pemanjat (buruh panen) membuat cengkeh mereka terancam tidak sempat di panen.

"Ini saya cuma bisa cari 2 orang, kalau lambat cengkeh kita bisa gagal panen, duluan rontok," kata Johar.

Kurangnya tenaga pemanjat, menurut Johar selain semakin banyaknya kebun-kebun cengkeh baru di tiap kecamatan, harga juga menentukan antusias para pemanjat untuk mau bekerja.

" Tapi begitulah kondisinya, biasa begitu tiap tahun, harga pasti rendah pemanjat susah kalau waktu panen, tetapi jika 2 atau 3 bulan lagi baru harga mulai naik, tepi cengkeh sudah tak ada lagi," keluhnya.

Sebenarnya, kata dia, uang hanya bisa diputar untuk pelihara kebun saja tiap tahun, tidak berdampak besar bagi pemilik kebun.

Menyikapi hal tersebut, ia mengatakan masyarakat Natuna sempat berupaya untuk menjaga harga cengkeh tetap stabil dengan menjual hasil panen bersama-sama ke Semarang namun gagal.

"Karena tidak bisa bersaing dengan pengusaha yang memang telah menguasai pasar," jelasnya.

Lanjutnya, padahal sempat beberapa waktu lalu para tokoh politik di Natuna langsung turun tangan untuk menjual ke salah satu pabrik yang ada di Semarang, namun tetap saja gagal.

"Tidak bisa masuk, cengkeh dari Natuna tetap harus melalui bos Nato, akhirnya kita bawa pulang dan jual ke Nato lagi, selain beliau punya kapal sendiri, dia juga punya modal besar, serta sudah memiliki jaringan yang luas. Kita tidak mungkin bisa bersaing, jadi benar jika harga cengkeh di Natuna tergantung beliau, mau beli harga berapa, kita ‘ngikut’ aja," katanya lagi.

Menanggapi hal tersebut, Sekretaris HKTI Natuna A. E Hermawan mengatakan belum bisa berkomentar banyak terkait hal tersebut, menurutnya, mengingat tidak pernah adanya data yang lengkap jumlah pasti potensi hasil panen cengkeh di Natuna hingga hari ini.

"Datanya ke Dinas Perkebunan, persoalan dan solusinya baru kita boleh bicara, kami baru kirim surat minta data belum dikasih, masih dikumpulkan," jelas Hermawan.

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE