Pilkada Bukan Pertarungan Antaretnis

id Pilkada, Bukan, Pertarungan,etnis,tionghoa,hendry,frankim,yusrizal,wali,kota,tanjungpinang

Tanjungpinang (ANTARA Kepri) - Pasangan bakal calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau, Hendry Frankim-Yusrizal atau Hafal berpendapat pemilihan kepala daerah (Pilkada) bukan pertarungan antaretnis, melainkan pesta demokrasi yang ingin menghasilkan pemimpin terpecaya.

"Kami rasa tidak ada perpecahan suara, karena pilihan pemilih itu bukan berdasarkan etnis, melainkan kualitas dan kepedulian yang dimiliki oleh calon wali kota dan wakil wali kota," kata Hendry Frankim usai berdialog dengan puluhan mahasiswa di Tanjungpinang, Kamis.

Frankim yang menjabat sebagai anggota DPD RI pada periode 2004-2009 dari daerah pemilih Kepulauan Riau (Kepri) merupakan figur dari etnis Tionghoa.

Ia memahami sejumlah pihak beranggapan suara yang diperolehnya tidak bulat, melainkan terpecah karena anggota DPRD Kepri Rudy Chua yang juga dari etnis Tionghoa mencalonkan diri sebagai wakil wali kota mendampingi Husnizar Hood.

Anggapan itu beredar luas dan menjadi pertimbangan lantaran pemilih dari etnis Tionghoa di Tanjungpinang diperkirakan mencapai 30 persen dari total pemilih.

"Pengaruh suara dari kalangan etnis Tionghoa itu cukup besar. Tetapi mereka adalah pemilih yang cerdas, sama seperti pemilih dari etnis lainnya, sehingga tidak semata-mata hanya melihat etnis, melainkan juga kualitas dan perbuatan figur yang bertarung pada Pilkada," katanya.

Ia mengungkapkan, pesta demokrasi merupakan milik seluruh masyarakat Tanjungpinang. Keputusan masyarakat yang memiliki hak pilih pada Pilkada akan berdampak pada perkembangan Tanjungpinang selama lima tahun mendatang.

Karena itu, kata dia, keputusan pemilih ketika berada di bilik suara merupakan hal yang penting. Jika salah pilih, maka Tanjungpinang akan sulit berkembang.

"Saya selalu mengumpamakan masyarakat itu adalah bos. Sementara Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tanjungpinang adalah manajer yang mengatur keuangan yang bersumber dari anggaran daerah untuk kesejahteraan masyarakat," ujarnya.

Frankim mengemukakan, membangun Tanjungpinang tidak sulit, seperti daerah lainnya, karena kota itu tidak luas dan jumlah penduduknya relatif sedikit. Jika dikelola dengan baik bukan tidak mungkin Tanjungpinang dapat lebih maju dari Batam dan kota lainnya.

Modal utama dalam membangun Tanjungpinang adalah niat dan moral yang baik. Pemimpin yang cerdas, tanpa dilandasi niat yang baik, kemungkinan tidak dapat membangun daerahnya.

"Pemimpin harus memiliki moral dan niat yang baik dalam membangun Tanjungpinang. Potensi yang dapat dikembangkan di Tanjungpinang antara lain perdagangan dan budaya," ujarnya. (KR-NP/E005)

Editor: Rusdianto

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE