Tanjungpinang (Antara Kepri) - Ribuan hektare lahan pascapenambangan bauksit di Pulau Bintan dapat dimanfaatkan untuk perkebunan, kata Ketua Bidang Penelitian Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia, Ady Indra Pawennari, di Tanjungpinang, Kepulauan Riau, Senin.
"Kami sudah membuktikan lahan setelah ditambang ternyata produktif untuk perkebunan," tambahnya.
Ady melakukan percobaan penanaman bibit jagung di atas lahan seluas satu hektare yang pernah ditambang PT Lobindo. Selama sekitar sebulan lahan itu ternyata berubah menjadi lahan perkebunan jagung.
"Bibit jagung yang ditanam di lahan seluas 1 hektare diantara Tanjungpinang dengan Wak Copek, Bintan, tumbuh subur," ungkapnya.
Penanaman jagung itu dilakukan secara alami tidak menggunakan bahan kimia. Di atas lahan bekas penambangan bauksit itu, yang dulunya disangka sebagai lahan mati, hanya diberi serbuk sabut kelapa.
Kemudian bibit jagung ditanam di atas lahan itu. Serbuk sabut kelapa ternyata mampu menyimpan air sampai 300 persen dan mengandung unsur hara sehingga dapat menyuburkan jagung.
Di lahan pascatambang, tidak menyimpan air dan tidak memiliki lapisan atas yang subur. Tetapi serbuk sabut kelapa berhasil mengubah image masyarakat selama ini terhadap lahan pascatambang, katanya.
Ia menambahkan, riset dilakukan dengan bantuan PT Lobindo dan Pemkot Tanjungpinang. Hasil riset ini dapat membantu pemerintah maupun pengusaha penambangan bauksit untuk menghijaukan kembali lahan yang telah ditambang.
"Kalau pemerintah serius, kami sanggup menjadikan seluruh lahan pascapertambangan sebagai area pertanian maupun perkebunan. Di Bintan, kami berhasil menanam singkong di atas lahan pascatambang," katanya.
Ady merupakan salah seorang pengusaha yang fokus memanfaatkan sabut kelapa, yang tidak hanya digunakan di tingkat nasional, melainkan sudah diekspor ke China.
"Satu ton serbuk sabut kelapa yang dijual ke China seharga 360 dolar AS per ton," ujarnya.
Sementara di Indonesia, termasuk Kepri, pengelolaan sabut kelapa masih jarang ditemukan. Sabut kelapa sampai sekarang hanya dianggap sebagai sampah, padahal bisa dimanfaatkan dan menghasilkan uang.
Selain berfungsi sebagai penyubur lahan pascatambang, kata dia, sabut kelapa juga telah dikelola dan menghasilkan produk, seperti tali, jok mobil dan sofa. "Kami memiliki usaha pembuatan sofa dengan menggunakan sabut kelapa di Batu 17 Bintan," katanya. (Antara)
Editor: Rusdianto
Berita Terkait
Pemprov Kepri gelar Festival Indera Sakti untuk tarik wisatawan
Jumat, 26 April 2024 19:14 Wib
DPRD Kepri saran pusat izinkan daerah kelola sisa bijih bauksit
Jumat, 26 April 2024 7:45 Wib
Rahma daftar di Partai Demokrat untuk maju Pilkada Tanjungpinang
Selasa, 23 April 2024 7:33 Wib
Calon perseorangan Pilwako Tanjungpinang wajib didukung minimal 16.708 orang
Senin, 22 April 2024 8:12 Wib
Ini tanggapan Pj Wali Kota Tanjungpinang terkait kasus hukumnya
Minggu, 21 April 2024 7:03 Wib
Pj Wali Kota Tanjungpinang terancam penjara 8 tahun
Sabtu, 20 April 2024 6:17 Wib
Pj Wali Kota Tanjungpinang jadi tersangka kasus dugaan pemalsuan surat tanah
Jumat, 19 April 2024 16:43 Wib
BPBD Natuna padamkan kebakaran lahan di Kecamatan Bunguran Selatan
Jumat, 19 April 2024 16:00 Wib
Komentar