Bujal Belajar dari Bakau

id Bujal,Belajar,bintan,mangrove,Bakau

JEMBATAN Busung di Kecamatan Seri Kuala Lobam, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau dengan panjang 290 meter di jalan lintas barat, menjadi obyek wisata baru.

Keindahan jembatan Busung bisa menjadi inspirasi untuk mengembangkan jembatan tersebut supaya bisa menjadi obyek wisata yang memberikan keuntungan pada warga sekitar.

Salah satunya,  "Sri Cahaya",  rumah makan berlokasi tidak jauh dari Jembatan  Busung  Desa Busung, Kecamatan Sri Kuala Lobam, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau, letaknya menjorok di antara rimbunan bakau dan tak terlihat dari jalan raya, namun selalu ramai didatangi orang.

"Bakau inilah yang menjadi rahasia rumah makan saya sebab karena bakau lah orang banyak datang kemari," ujar Bujal lelaki paruh baya si empunya rumah makan Sri Cahaya, seraya tertawa.

Bujal merupakan nama panggilan. Nama sebenarnya lelaki berkulit hitam berukuran tinggi sedang ini Tugiman.

Ayah empat anak diusia separuh abad itu, tidaklah membusungkan dada saat mengatakan hal tersebut, tapi pada kenyataannya memang banyak orang bertandang ke tempatnya menumpaskan selera makanan laut di rumah makannya.

Lokasinya yang berada di pinggir kuala ditambah pula laut nan tenang dan rimbunan mangrove di sekeliling rumah makannya yang merupakan rumah panggung kayu, menjadi daya tarik bagi siapapun yang datang ketempat itu.

"Awal saya membuka usaha rumah makan ini adalah dengan menanam berbagai macam bakau di keliling rumah. Tujuan saya menanam selain untuk penghijauan juga untuk menjadi daya pikat orang kemari," katanya.

Menurut dia, lingkungan tempatnya itu dulu hutan mangrove-nya telah hampir punah karena tanaman bakau banyak ditebang untuk dibuatkan arang.

Ia lalu mengumpul sendiri bibit tanaman bakau lalu ditanaminya di sekitar rumah makannya. Bahkan ia juga menanam kembali pantai, lahan bekas tanaman bakau yang telah rusak. Lama-kelamaan rimbunan bakau terus tumbuh bahkan sebelumnya biota laut seperti  ketam, udang, ikan atau siput tidak banyak di perairan itu, berangsur banyak ditemui seiring makin rimbunnya mangrove yang ditanamnya.

"Selain di pekarangan rumah, saya sulam juga bakau di lahan pantai. Alhamdulillah kini bertumbuhan jadi rimbun lagi bahkan ketam, gonggong , ikan  dan udang jadi makin banyak pula," katanya.

Gonggong adalah siput laut merupakan makanan khas masyarakat di Kepulauan Riau. Warga setempat menyebutnya sebagai gonggong.

Upayanya menanam kembali bakau mendapat perhatian dari Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan. Melalui Dinas Kehutanan setempat ia diminta untuk menularkan pengetahuannya membibitkan bakau untuk ditanami di seluruh kawasan pantai Sri Kuala Lobam yang dulunya dikenal punya hutan mangrove terbaik.

Dulu, untuk melakukan penanaman mangrove, Pemkab Bintan mendatangkan tanaman tersebut dari luar Bintan bahkan dari Provinsi Bali dan Kabupaten Bengkalis, Riau.

"Tempat kita ini melimpah bakau, asal rajin saja kita mencari bibitnya lalu menyemai dan kemudian menanamkan lagi, maka hutan bakau yang rusak bisa rimbun lagi. Kenapa kita harus ambil bibit jauh-jauh?" katanya.

Itu sebabnya ia membentuk kelompok tani untuk melakukan usaha pembibitan. Beberapa desa di sekitar Busung seperti Desa Kuala Simpang dan Desa Penaga juga melakukan pembibitan bakau lokal dengan pengalamannya.

Bujal mengaku setelah dia dibina oleh Dinas Kehutanan, barulah dia tahu bahwa tanaman bakau yang ditanamnya punya nama sesuai dengan jenis daun dan buah. Ada yang bernama bakau, boros, tumu dan nyirih. Bahkan, tanaman yang tumbuh rindang di pinggir pantai itu dinamakan mangrove.

"Empat jenis tanaman bakau itu paling banyak ditemui di kawasan ini. Bahkan, tanaman bakau boros dapat diolah lagi menjadi bahan pangan. Kalau orang tua kami dulu memakan buah bakau cukup dengan merebusnya saja dan dimakan dengan parutan kelapa. Tapi kini kami diajar mengolah buah boros dan buah bakau tumu jadi tepung yang kemudian dapat dijadikan roti," katanya.

Bujal mengatakan karena mengembangbiakkan bakau dan lalu menanamnya lagi di lingkungan kampungnya ia menjadi lebih banyak tahu tentang tanaman mangrove dan kenapa pemerintah melarang menebang tanaman tersebut.

"Tanaman bakau banyak manfaatnya bagi lingkungan. Bahkan kedai saya ini dikenal orang karena dikelilingi bakau. Saya banyak belajar dari bakau," katanya.

Belajar dari bakau menurut dia, ia dapat memilih lokasi tempat usaha yang pas yang mudah diingat orang dan bakau juga mengajarkan padanya arti penting lingkungan yang terpelihara baik tempat biota laut berkembang biak yang menuntun para nelayan mendapatkan rezeki lebih banyak.

"Tiap orang yang datang kemari merasa selesa sebab mereka menikmati alam nan alami karena banyaknya bakau yang menjadi hutan mangrove,"  katanya seraya mempersilakan kami menyantap gonggong dan ketam rebus dengan sambal yang diraciknya sendiri.

Bujal dikenal bukan semata karena usaha rumah makan yang sukses tetapi sosok bersahaja seorang petani bakau yang menjadi pejuang dalam diam untuk menghijaukan kembali pantai.  (Antara)

Editor: Rusdianto

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE