Tanjungpinang (Antara Kepri) - Pedagang di Pasar Ikan Kota Lama Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau, enggan menjual ketiping hitam atau dikenal dengan sebutan ketam karena harganya mahal dan khawatir melanggar hukum.
Berdasarkan pantauan Antara di Tanjungpinang, Rabu, hanya seorang pedagang bernama Ayong yang menjual kepiting, namun bukan jenis ketam, melainkan renjong yang dijual dengan harga Rp30.000 per kilogram.
"Ketam itu sulit didapat di Kepri, jadi harganya mahal. Kalau pun ada, paling hanya 2-3 ekor yang berhasil ditangkap," kata Ayong.
Dia mengatakan, ketam yang dijual di Tanjungpinang selama ini bukan berasal dari Kepri, melainkan dari Kalimantan. Harganya bisa mencapai Rp500.000 per kilogram.
"Lebih banyak diekspor ke Singapura," katanya.
Ayong tidak mampu membeli ketam. Lagi pula ketam tidak laku karena harganya mahal.
"Ketam itu besar, banyak yang suka, tapi harganya terlalu mahal," ucapnya.
Masyarakat Tanjungpinang lebih menyukai membeli renjong. Namun sekarang tidak banyak pedagang ikan yang menjual renjong.
"Kondisi sekarang berbeda dengan dulu. Mungkin khawatir melanggar hukum," ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Bidang Pengelolaan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Kepri Ediwan mengatakan nelayan di Indonesia, termasuk Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) dilarang menangkap kepiting yang mengandung telur.
"Kalau tidak sengaja, kepiting yang mengandung telur tersangkut dijaring, tidak apa-apa. Yang penting nelayan tidak memburunya," katanya.
Dia mengemukakan, larangan menangkap kepiting yang mengandung telur, termasuk ikan dingkis dan penyu diatur dalam Peraturan Kementerian Kelautan Nomor 1/2015.
Peraturan itu dibuat pemerintah semata-mata untuk menjaga kelestarian populasi kepiting dan ikan dingkis tersebut. Sebab di perairan Indonesia bagian barat, termasuk Kepri, kepiting dan ikan dingkis itu mulai langka.
Populasi kepiting yang masih banyak berada di perairan Indonesia bagian Timur.
"Di Indonesia, kepiting dan ikan dingkis tidak dapat dikatakan langka, karena di perairan Indonesia Timur masih banyak. Populasi ini tidak berkembang merata," katanya. (Antara)
Editor: Rusdianto
Berita Terkait
Pelni Tanjungpinang hentikan sementara pelayaran Bintan-Natuna
Rabu, 1 Mei 2024 18:15 Wib
Pemprov Kepri dan PSSI gelar nobar timnas U-23 lawan Uzbekistan di Kota Tanjungpinang
Senin, 29 April 2024 13:44 Wib
Pesawat TNI AU evakuasi pasien dari Natuna ke Kota Tanjungpinang
Minggu, 28 April 2024 17:02 Wib
Tiga WNI ditangkap di Malaysia
Minggu, 28 April 2024 16:59 Wib
Pemprov Kepri gelar Festival Indera Sakti untuk tarik wisatawan
Jumat, 26 April 2024 19:14 Wib
Rahma daftar di Partai Demokrat untuk maju Pilkada Tanjungpinang
Selasa, 23 April 2024 7:33 Wib
Calon perseorangan Pilwako Tanjungpinang wajib didukung minimal 16.708 orang
Senin, 22 April 2024 8:12 Wib
Ini tanggapan Pj Wali Kota Tanjungpinang terkait kasus hukumnya
Minggu, 21 April 2024 7:03 Wib
Komentar