BPOM setujui 3 vaksin COVID-19 untuk anak

id vaksin COVID-19, vaksin anak, pandemi COVID-19, Pfizer, Sinovac, Covavax

BPOM setujui 3 vaksin COVID-19 untuk anak

Tangkapan layar dari materi pemaparan Kepala BPOM RI Penny K Lukito saat menghadiri Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi IX DPR RI yang diikuti dari YouTube DPR RI di Jakarta, Selasa (30/8/2022). (ANTARA/Andi Firdaus).

Jakarta (ANTARA) - BPOM RI telah menyetujui tiga produk vaksin COVID-19 digunakan untuk anak di Indonesia sebagai dosis primer maupun booster atau dosis penguat.

"Yang telah disetujui sebagai vaksin primer, yakni vaksin Sinovac untuk usia di atas 6 tahun, Pfizer di atas 12 tahun, dan Covovax di atas 12 tahun," kata Kepala BPOM RI Penny K Lukito saat menghadiri Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi IX DPR RI yang diikuti dari YouTube DPR RI di Jakarta, Selasa.

Menurut di, dari tiga jenis vaksin untuk dosis primer itu, baru Pfizer yang disetujui penggunaannya untuk booster homolog pada anak di rentang usia 16 hinggake te 18 tahun.

BPOM juga sedang memproses pengajuan Izin Penggunaan Darurat atau Emergency Use Authorization (EUA) vaksin COVID-19 Sinovac untuk dosis primer pada anak usia 3 tahun ke atas.

Penny mengatakan saat ini terdapat empat jenis vaksin COVID-19 untuk anak yang telah disetujui penggunaannya di luar negeri, sebagai dosis primer dan booster.

Untuk vaksin primer di antaranya Pfizer usia 6 bulan hingga 17 tahun di Amerika Serikat per Juni 2022, Moderna usia 6 bulan hingga 17 tahun di Amerika Serikat per Juni 2022, dan Sinovac usia di atas 3 tahun per 2021 di China.

"Untuk booster baru satu yang disetujui untuk anak oleh Amerika Serikat dan Uni Emirat Arab yaitu Pfizer untuk usia 5-17 tahun," katanya.

Di dalam negeri, kata Penny, BPOM sedang memproses pengajuan protokol uji klinik vaksin produksi dalam negeri untuk anak di antaranya vaksin Inavac produksi PT Biotis bersama Tim Peneliti Universitas Airlangga, dan Indovac (BUMN) yang dikembangkan PT Bio Farma.

Vaksin Inavac untuk usia 6-11 tahun saat ini telah memasuki fase uji klinik 3 untuk menentukan dosis optimal, dan dilanjutkan untuk menilai khasiat dan keamanan pada usia sasaran.

Sedangkan Inavac untuk usia 12-17 tahun telah memasuki uji klinik fase 3 menggunakan dosis yang sama dengan dosis dewasa untuk menilai khasiat dan keamanan vaksin pada usia tersebut dibandingkan dengan vaksin Sinovac.

Vaksin Indovac untuk usia 6-17 tahun telah memasuki fase uji klinik 3 menggunakan dosis yang sama dengan dosis dewasa untuk menilai khasiat dan keamanan vaksin pada usia sasaran dibandingkan dengan vaksin COVID-19 yang terdaftar di Indonesia.

"Harapannya pada September 2022 sudah diterbitkan EUA-nya. Kedua vaksin tersebut juga sedang diusulkan segera uji klinik untuk booster," katanya.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa dilakukannya kajian lebih lanjut terkait pemberian vaksin COVID-19 pada anak dan lansia merupakan bentuk upaya pemerintah dalam memperkuat antibodi warga Indonesia.

“Salah satu inisiatifnya adalah nanti Bapak Presiden minta vaksinasi untuk anak-anak di bawah enam tahun, nanti kita akan mulai jajaki. Sudah ada vaksinnya di dunia yang disetujui vaksinasi pediatrik namanya,” kata Budi.

Budi menuturkan pemerintah melalui Kementerian Kesehatan saat ini sedang memperdalam kajian pemberian vaksin COVID-19 kepada kelompok rentan yang belum bisa mengikuti vaksinasi. Kajian yang dilakukan termasuk bagi lansia dan penderita komorbid.
 

Rencananya pemberian vaksinasi pada kelompok dengan antibodi rendah itu akan dimulai pada akhir tahun 2022. Di samping pemerintah menggencarkan dosis vaksin COVID-19 lanjutan bagi kelompok lansia dan komorbid sesuai dengan nama dan tempat tinggalnya.

Hal itu terus diupayakan agar antibodi yang dimiliki masyarakat saat ini tetap terbentuk setelah antibodi sejumlah pihak mengalami penurunan akibat enam bulan lebih tidak melakukan vaksinasi lanjutan.

“Kita segera berikan alternatif vaksin yang ada agar bisa meningkatkan kadar imunitasnya, untuk menjaga level imunitas populasi Indonesia, untuk menghadapi atau siap-siap pada awal tahun depan kalau misalnya ada varian baru,” ucap Budi.
 

Menurut Budi, turunnya antibodi tidak bisa disepelekan karena mutasi virus akan terus terjadi, meski hasil atau dampak yang diberikan oleh subvarian baru yang lahir jauh lebih lemah dari subvarian yang sebelumnya.

“Jadi mutasi virus itu akan membuat inangnya lebih susah mati. Itu mengapa sebabnya virus yang baru pasti lebih lemah dari virus yang lama, karena dia tidak ingin juga cepat-cepat mati. Itulah sebabnya Omicron lebih lemah dari Delta,” ujarnya.

Budi mengatakan apabila pemerintah sudah memiliki data valid terkait pihak-pihak yang telah melakukan vaksinasi beserta dosis terakhir yang didapatkan, sehingga harapannya distribusi vaksin pada pihak yang diprioritaskan dapat diberikan tepat sasaran.

Budi berharap upaya tersebut dapat menjaga kadar antibodi masyarakat tetap tinggi, saat negara akan menghadapi kemungkinan terjadinya mutasi virus COVID-19 yang baru pada awal tahun 2023.

“Dengan demikian, kita akan memprioritaskannya bukan vaksin booster I, booster II atau booster III. Tapi kapan terakhir dia yang bersangkutan divaksin karena makin lama dia divaksin, otomatis makin rendah kadar antibodinya itu caranya kita prioritaskan,” kata Budi.



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BPOM setujui tiga vaksin COVID-19 untuk anak di Indonesia

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE