Bawang Impor Beredar di Karimun

id Bawang,Impor,Beredar,Karimun,malaysia

Kalau importirnya tidak ada, berarti ilegal. Aparat penegak hukum seolah-olah 'tutup mata' padahal peredaran bawang impor dapat mengganggu petani bawang dalam meningkatkan produksinya
Karimun (Antara Kepri) - Bawang impor dari Malaysia beredar di Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau, di tengah terpaan isu kelangkaan berbagai komoditas termasuk bawang pada bulan Ramadhan 1436 Hijriyah.

"Sebagai pedagang, kami tentu ingin agar stok dagangan tetap ada, kalau tidak ada bawang lokal, kami menjual bawang impor," kata dia pedagang D Pasaribu di Pasar Puan Maimun Tanjung Balai Karimun, Senin.

Ia menjelaskan, bawang lokal dagangannya sering habis seiring meningkatnya permintaan masyarakat, bahkan habis sebelum datangnya pasokan baru dari Sumatera atau Jawa.

Untuk itu, ia juga menyediakan bawang merah impor dari Malaysia atau Vietnam sebagai alternatif ketika bawang lokal habis.

Dia menilai kualitas bawang merah asal Jawa tidak kalah dengan bawang impor, namun harga bawang impor sedikit lebih murah dari bawang lokal.

"Kalau sekarang, bawang merah impor harganya Rp25.000/kg, sedangkan bawang lokal asal Jawa Rp28.000/kg," ucapnya.

Selain bawang merah, bawang impor lain yang beredar adalah bawang putih dan bawang Bombay asal India.

Seorang pedagang yang enggan disebutkan namanya mengatakan, bawang impor sudah sejak lama beredar di Karimun dan menjadi alternatif bagi pembeli, apalagi ketika bawang lokal habis.

"Kalau soal barang impor, di Karimun sudah biasa. Coba saja tanyakan, beras juga beras impor," ucap dia.

Ketua LSM Kiprah John Syahputra mengatakan, barang impor seperti bawang atau komoditas lainnya sudah sejak lama beredar di Karimun, padahal tidak ada perusahaan yang mengantongi izin impor di Karimun atau di Provinsi Kepulauan Riau.

"Kalau importirnya tidak ada, berarti ilegal. Aparat penegak hukum seolah-olah 'tutup mata' padahal peredaran bawang impor dapat mengganggu petani bawang dalam meningkatkan produksinya," katanya.

John Syahputra menduga ada konspirasi antara aparat dengan pengusaha sehingga barang-barang impor dapat beredar dengan leluasa di pasaran.

"Karimun sebagai daerah perbatasan rentan dengan penyelundupan. Isu kelangkaan sembako dimanfaatkan para penyelundup untuk meningkatkan penjualan barang ilegal itu," kata John Syahputra. (Antara)

Editor: Sri Muryono

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE